Tulang Punggung Ekonomi Pasuruan
Pasuruan dulunya merupakan kota perdagangan ke-4 di pulau Jawa (setelah Batavia, Semarang dan Surabaya). Mengalami pukulan telak pada tahun 1870-an, ketika dibukanya jalur kereta api Surabaya – Malang. Yang memotong dan mempercepat jalur transportasi ke pedalaman di Malang. Masa depan Pasuruan sebagai wilayah pemukiman Eropa tampak suram, karena selain perdagangan dan pelayaran, hampir tidak ada industri di sana.
Namun, ternyata keadaan berjalan lebih baik dari yang diperkirakan. Setelah lesunya ekonomi, Pasuruan mendapatkan sumber kemakmuran lain yang memungkinkan terjadinya era kemakmuran baru. Perdagangan tidak pernah berhenti total, sementara pengiriman dari pelabuhan semakin meningkat. Sebagian disebabkan oleh peningkatan produksi gula oleh pabrik-pabrik gula disekitarnya.
Selain itu ada dua institusi yang berkembang, stasiun percobaan/pengujian gula (Proefstation atau POJ) dan pabrik mesin De Bromo. Membantu meningkatkan kesejahteraan tempat tersebut, dan memberikan tulang punggung perekonomian yang kokoh. Jika hal yang terakhir ini tidak terjadi, keadaan di Pasuruan tidak akan lebih baik. Dibandingkan misalnya dengan Besuki, yang mengalami kemunduran karena keadaan yang kurang lebih sama.
Pengenalan singkat secara umum ini, kami awali dalam mendeskripsikan tentang pabrik mesin De Bromo. Tidak hanya peran pentingnya sebagai pabrik mesin saja, namun juga melihat perusahaan ini sebagai syarat kesejahteraan di kota praja Pasuruan. Lebih dari 20 orang pekerja Eropa mencari nafkah di sini, sedangkan jumlah pekerja pribumi bervariasi antara 500 hingga 600 orang.
N. V. Constructie-Winkel “De Bromo”, yang selanjutnya kita sebut saja De Bromo. Walaupun bukan salah satu yang terbesar, namun menempati posisi penting dan istimewa dalam daftar pabrik mesin di Hindia Belanda. Posisi ini diperoleh di satu sisi dari pembuatan stasiun sentrifugal, yang hampir memonopoli secara alami. Di sisi lain adalah dari pembuatan mesin timbang jus Boulogne, yang mana ia mempunyai monopoli secara legal.
Meskipun kota Pasuruan merupakan daerah yang relatif kecil, pabrik De Bromo tidak nampak menonjol. Terpencil karena terletak di wilayah pelabuhan, dikelilingi oleh kampung dan gudang nelayan. Saat berjalan menyusuri kali Gembong, orang tidak akan mendapat kesan sebagai sebuah pabrik yang besar. Lebar bangunan depannya sempit dan pintu masuk yang relatif kecil. Baru setelah masuk kedalam, terlihat betapa banyak ruang yang ditempati oleh bangunan pabrik dan gudang.
De Bromo berlokasi sangat strategis di sebelah jalur kereta api dan pelabuhan. Barang-barang yang dipasok melalui laut, dapat dibawa dengan kapal ke tempat pembongkaran di depan pabrik. Jika menyangkut barang transit, dapat dimuat langsung dari kapal ke atas gerbong dengan menggunakan derek pabrik. Tempat penumpukan barang SS (Staatsspoorwegen = perusahaan KA milik negara) hanya berjarak beberapa ratus meter dari pabrik. Gerbong kereta api SS dan tram PSM (Pasoeroean Stoomtram Maatschappij), dapat melaju hingga ke ruang perakitan. Barang dapat dimuat langsung dengan derek mobile yang digerakkan dengan listrik.
Awal Mula De Bromo
De Bromo telah berlokasi di Pasuruan selama puluhan tahun. Menurut tradisi lama – tanggal pastinya tidak diketahui. Bengkel konstruksi De Bromo sudah ada di sekitar tahun 1860-an. Meskipun ukurannya sangat sederhana di lokasi yang sama, dengan kompleks bangunan besar sekarang berdiri. Pendirinya disebutkan sebagai tuan F. J. H. Bayer, yang kemudian menjual perusahaannya kepada tuan Hartwig. Setelah itu ia konon menetap di Surabaya, di mana ia mendirikan pabrik mesin “De Volharding“.
Sebuah karya tua masih dapat dilihat di pabrik tersebut, sebuah penyangga penggilingan. Ditemukan beberapa tahun yang lalu di salah satu pabrik gula di Oosthoek, dan di atasnya tertulis “De Bromo 1865“. Perusahaan sudah sesuai dengan konsep indistri yang berlaku saat itu, karya-karya penting telah dihasilkan merupakan bukti energi seorang pengusaha.
Perlu juga disebutkan, bahwa pada tahun-tahun itu De Bromo juga memiliki pabrik es krim dan limun sebagai bisnis sampingan. Sebuah kombinasi yang agak aneh dan lucu, namun memberikan hasil operasional yang cukup menguntungkan pada saat itu. Multi fungsi De Bromo tercatat dalam faktur lama bertahun 1877, yang ada di arsip kantor. Di dalamnya tertera biaya ƒ 13.50 untuk perbaikan meja biliar.
Benteng Kuno Pasuruan
Pada akhir tahun 1888, De Bromo kembali berpindah kepemilikan. Tuan Hartwig menjual pabrik tersebut kepada gabungan tiga orang, tuan J. R. Becker, direktur Soerabaiasche Machinenhandel v/h Becker & Co., W. J. M. van Belle dan J. F. Meuring. Memulai operasional N.V. Constructiewinkel De Bromo di Pasuruan, pada bulan Januari tahun 1889. Modal terdaftar berjumlah ƒ 90.000, di mana masing-masing orang tersebut berpartisipasi sepertiganya.
Tuan Van Belle bertindak sebagai direktur pertama, dengan H. W. Verwohlt sebagai wakil direktur. Selama periode ini pabrik mengalami ekspansi besar-besaran yang pertama. Bahan bangunannya sebagian besar berasal dari benteng tua di Pasuruan. Yang merupakan bangunan stasiun dan telah dibeli oleh De Bromo dengan luas lebih dari 2000 M2 yang akan dibongkar. Benteng ini dulunya merupakan Kantor Residen, yang dipindahkan sekitar tahun 1890 ke gedung tempatnya berada saat ini. Meriam-meriam perunggu dilebur di pabrik pengecoran dan dinding tebalnya berturut-turut dihancurkan sesuai kebutuhan.
Tuan Verwohlt meninggal pada tahun 1905, sedang tuan Van Belle tetap menjabat sampai kematiannya pada tahun 1908. Ia digantikan oleh tuan P. Gallas, yang telah bekerja di perusahaan sebagai pemegang kuasa selama sepuluh tahun pada saat ia diangkat menjadi direktur. Tuan Gallas tetap menjabat sampai tahun 1920, ketika dia dipulangkan (ke Belanda).
Sementara itu perusahaan terus berkembang. Mesin minyak yang menggantikan mesin uap sebagai tenaga penggerak pada tahun 1906, digantikan dengan mesin bertenaga listrik pada tahun 1916. ANIEM telah memasok energi penggerak selama beberapa tahun. Namun pabrik tetap memiliki pembangkit listrik sendiri, sebagai cadangan dan juga untuk konversi arus tiga fasa menjadi arus searah.
Modal NV juga mengalami ekspansi signifikan, ditingkatkan menjadi ƒ 200.000, hampir seluruh saham Bromo kini dimiliki oleh firma Becker & Co.
Manajemen Bromo selalu berhati-hati, dengan hasil yang selalu menguntungkan. Pabrik ini hampir tidak mengalami kerugian akibat depresi besar, pada beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia. Depresi menghantam industri dan perdagangan mesin di Hindia Belanda. Mengakibatkan kematian banyak perusahaan dan reorganisasi yang drastis pada perusahaan-perusahaan lainnya.
Stok pabrik kemudian dijaga serendah mungkin, sehingga kerugian akibat penurunan harga bahan mentah menjadi sangat kecil. Selama tahun-tahun krisis, yang berlangsung dari tahun 1921 hingga 1924, dividen yang sangat memuaskan selalu dapat dibayarkan. Sebagai bukti lebih lanjut atas pengelolaan yang baik dan hati-hati. Hanya satu kali sejak perusahaan didirikan tidak ada pembagian dividen, yaitu pada krisis gula tahun 1903.
Setelah pengunduran diri tuan Gallas pada tahun 1920, perusahaan dikelola oleh dewan direksi. Terdiri dari tuan J. K. van Haastert, yang telah bekerja di De Bromo selama bertahun-tahun sebagai direktur, serta tuan E. Jonker dan tuan A. Laarman. Tuan Jonker pulang (ke Belanda) pada tahun 1923. Sementara tuan Van Haastert mengundurkan diri sebagai direktur pada akhir tahun 1929. Sehingga perusahaan sekarang berada di bawah manajemen tunggal lagi.
Pengembangan Pabrik
Tahun 1920 menandai dimulainya era baru bagi De Bromo. Tahun-tahun pasca perang telah membawa persaingan yang semakin ketat, sehingga hanya perusahaan modern yang dapat bertahan dalam jangka panjang. Hal ini diakui pada saat yang tepat oleh manajemen baru De Bromo. Ketika peralatan pabrik dan bangunannya sudah sangat ketinggalan jaman, diputuskan untuk membangun pabrik yang benar-benar baru. Yang akan memenuhi semua tuntutan persyaratan perusahaan mesin dan konstruksi modern.
Konstruksi baru dimulai pada tahun 1921. Sebuah tugas yang sulit, karena pabrik baru harus dibangun di lokasi pabrik lama dan pekerjaan tidak dapat dihentikan. Mereka bekerja dengan penuh semangat dan setahun kemudian balai pabrik besi yang baru telah siap sepenuhnya. Jika sebelumnya sulit untuk bermanuver dengan kerekan dan dongkrak. Derek mobile berukuran besar yang dijalankan dengan listrik, kini dapat bergerak pada ketinggian 9 meter. Bisa membawa beban terberat dengan aman dan cepat ke tujuan. Renovasi pengecoran ditunda sampai waktu yang lebih baik. Pengecoran baru selesai pada tahun 1928 dan program restorasi selesai. Pada saat yang sama, banyak peralatan usang yang digantikan dengan peralatan modern. Sehingga De Bromo kini dapat dianggap sebagai salah satu pabrik mesin dengan peralatan terbaik di Jawa.
Saat memasuki pabrik, anda langsung melihat bengkel yang luas dan lapang. Aula tengah yang besar sangat mengesankan, dengan panjang 130 meter dan lebar 20 meter. Di dalamnya terdapat lebih dari 100 peralatan dari segala jenis dan ukuran yang dipajang. Saat waktu yang sibuk dan di mana-mana terdapat banyak aktivitas. Tidak menyenangkan dilihat bagi pengunjung yang awam, melalui hiruk-pikuk dan suara yang bising.
Derek berjalan dengan listrik bergerak bolak-balik di atas rel, yang tingginya lebih dari 9 meter di atas lantai dasar. Menangani roller pabrik dan roda gila yang berat, seolah-olah itu adalah batang korek api.
Bagian terbesar dari aula tengah ditempati oleh departemen perakitan. Di sini pekerjaan terbaru sedang dilakukan, pada 15 baterai sentrifugal berpenggerak sabuk untuk PG. Tjandi (di Sidoarjo). Dilengkapi dengan semua platform dan peralatan terkait.
Selanjutnya adalah mesin timbang jus Boulogne, tipe terbesar (2500 KG jus per penimbangan). Ditujukan untuk PG. Balapoelang (di Tegal) yang baru saja selesai dibangun dan sedang diuji keakuratan dan kapasitasnya. Instalasi pompa listrik telah dibangun di lokasi, untuk memompa air yang diperlukan untuk pengujian.
Dari aula pertemuan, kami memasuki “bengkel besar”. Dengan bangga, kami diperlihatkan instalasi untuk membuat apa yang disebut sabuk screw konveyor. Yaitu untuk saluran pengangkut sirup dan gula, sebuah penemuan dari De Bromo sendiri. Dalam waktu singkat, batangan besi pipih yang berat dengan panjang 5 meter, digulung dengan mesin di atas bangku menjadi screw conveyor.
Di sebelah kiri bengkel pembubutan besar, di ruang terpisah terdapat bengkel pembubutan untuk benda kerja kecil, dan juga bengkel tempa. Bagian belakang aula tengah ditempati oleh divisi konstruksi dan bengkel pembuatan ketel.
Di sini antara lain, terdapat mesin keling hidrolik dan dengan tekanan udara. Menghasilkan suara yang memekakkan telinga, sehingga orang lebih memilih untuk menjaga jarak.
Di sebelah kanan bengkel pembubutan besar terdapat pabrik pengecoran yang baru. Pabrik ini dilengkapi dengan tiga tungku peleburan besi modern dan dua tungku peleburan tembaga berbahan bakar minyak.
Dua tungku peleburan besi mempunyai kapasitas per jam sebesar 4 ton, yang ketiga berkapasitas 1 ton.
Selama kunjungan kami, hari itu adalah hari pengecoran. Ruang lantai pabrik pengecoran yang sangat besar, sebagian besar ditutupi dengan cetakan berbagai ukuran. Di antaranya, sebuah mesin uap seberat 1 ton sedang dicetak, termasuk roda gila seberat 3 ton. Derek listrik seberat 10 ton membawa wadah dengan massa panas menyala di atas lubang keran ke dalam cetakan. Dan hanya sedikit manipulasi oleh mandor yang diperlukan untuk membiarkan besi cair mengalir masuk. Semuanya terjadi begitu cepat dan pasti. Sehingga orang tidak mendapatkan kesan, bahwa bobot dan suhu yang begitu besar sedang digunakan di sini.
De Bromo saat ini meliputi area seluas kurang lebih 24.000 M2, dimana luas bangunannya kurang lebih 10.000 M2. Namun sepanjang tahun ini, perluasan penting lainnya akan dilakukan, akan meningkatkan luas lahan terbangun lagi sekitar 3000 M2.
De Bromo membeli pabrik mesin “Semoet” di Surabaya dari perusahaan holding Becker & Co. Bangunan pabrik besi beserta inventarisnya akan dipindah ke Pasuruan. Gedung berukuran 60 x 30 M akan dibangun di lokasi belakang pabrik. Departemen pendukung seperti bengkel ketel uap dan bengkel lembaran logam akan dipindahkan ke sana. Yang terakhir untuk sementara ditempatkan di aula yang sama dengan pabrik pengecoran.
Bagian pengecoran yang dikosongkan, kemudian akan ditempati oleh bengkel pembuatan model dan pemotongan. Penambahan ini terutama untuk bengkel pembubutan besar, yang memerlukan perluasan segera. Selain itu, derek listrik mobile yang lebih kecil akan dipasang di ruang perakitan dan pengecoran. Penggunaan derek mobile besar untuk suku cadang kecil tentunya tidak ekonomis.
Mesin Spesial Pabrik Gula
Sebelumnya kita telah membahas sejarah dan organisasi De Bromo. Kami ingin memberikan bagian akhir artikel ini untuk diskusi tentang bidang pekerjaannya.
Seperti halnya dengan banyak pabrik mesin di Jawa, bisnis utamanya berada di industri gula dan terkait erat dengan industri tersebut. Memang benar bahwa banyak pekerjaan konstruksi penting dilakukan atas nama pemerintah, namun industri gula masih menjadi pelanggan terbesar.
Selama bertahun-tahun, De Bromo mengkhususkan diri dalam pembuatan mesin gula tertentu. Terutama instalasi yang disebut pabrik belakang dan lebih khusus lagi mesin sentrifugal. Sebagai produsen instalasi centrifugal, reputasinya sangat baik, terbukti dari banyaknya pesanan yang diterima. Baterai centrifugal lengkap atau perpanjangan dari baterai yang sudah ada sering ditemukan di aula pertemuan. Semua jenis sentrifugal yang terdapat di pulau Jawa bisa diproduksi oleh De Bromo. Baik berpenggerak sabuk, berpenggerak air, dan berpenggerak elektrik. Dimensi terbesar yang bisa dibuat di sini, yaitu dengan drum berukuran 42″ x 24″.
Instalasi terbesar yang dipasok di area ini adalah baterai centrifugal, yang diproduksi pada tahun 1929 untuk PG. Koenir, pabrik HVA yang baru di Kediri. Baterai ini terdiri dari 30 sentrifugal berukuran 42″ x 24″ dan 17 sentrifugal berukuran 30″ x 24″. Semuanya digerakkan secara elektrik. Motor listrik vertikal yang ditempatkan tepat di atas sentrifugal dipasok oleh Siemens Schuckert Werke.
Baterai ini dilengkapi dengan semua peralatan yang terkait, seperti saluran pengocok, saluran sekrup, mixer, tangga Jacob, silo, dll. Sedangkan semua mesin sentrifugal 42″ juga dilengkapi dengan alat pembongkaran mekanis. Sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan gula pintal dari mesin sentrifugal, tanpa harus menghentikan mesin, yang berarti peningkatan besar dalam kapasitas.
Fakta bahwa badan besar seperti HVA, mempercayakan pada De Bromo untuk bagian penting dari pabrik baru yang akan dibangun. Merupakan bukti kepercayaan yang diberikan pada hasil pekerjaan De Bromo. Merupakan kesaksian yang baik atas kinerja pabrik ini pada khususnya, dan untuk pencapaian teknis di Hindia pada umumnya.
Dalam konteks ini, kami mengacu pada sebuah laporan yang muncul. Memuji prestasi Machinefabriek Reineveld di Delft, yang telah membuat 18 baterai sentrifugal untuk pabrik gula di Amerika Selatan. Penulis menyebutnya sebagai sebuah keberhasilan bagi industri Belanda. Jika pekerjaan seperti itu dianggap sebagai pencapaian yang bagus di Belanda. Betapa jauh lebih menguntungkannya pengiriman 47 baterai sentrifugal yang disebutkan di atas. Yang bisa diproduksi di Hindia dalam kondisi yang jauh lebih tidak menguntungkan.
Dalam delapan tahun terakhir, De Bromo telah memproduksi sekitar 500 sentrifugal lengkap. Yang berarti lebih dari 80 sentrifugal untuk setiap kampanye gula. Hanya produksi berbagai bagian dari jenis-jenis sentrifugal yang ditemukan di Jawa, yang diperlukan untuk renovasi dan pemeliharaan instalasi pabrik gula. Telah berkembang menjadi divisi independen yang sangat penting di Bromo, dengan gudang yang luas yang terhubung dengannya. Pengaturan dan administrasinya dapat disebut sebagai contoh organisasi yang baik.
Keistimewaan kedua dari De Bromo, adalah pembuatan peralatan penimbang nira otomatis. Yang terkenal sesuai dengan paten Boulogne, yang merupakan paten untuk Belanda dan koloninya. Peralatan ini telah mendapatkan reputasi yang sangat baik di Jawa. Terutama digunakan untuk menimbang nira mentah dan air imbibisi secara otomatis di pabrik-pabrik gula. Juga berhasil digunakan untuk menimbang tetes tebu dan nira kental.
Model asli automatis telah banyak dimodifikasi dan disempurnakan sejak tahun 1925. Tempat penimbangan yang berputar, yang biasanya menggantung secara horizontal dan mengosongkan dirinya sendiri selama rotasi. Digantikan oleh tempat penimbangan vertikal silinder yang stasioner dengan katup buang.
Peningkatan mendasar selanjutnya, adalah sambungan fleksibel katup suplai di tangki penampung dengan katup keluar di tangki penimbangan. Sekitar 70 perangkat tersebut, 40 di antaranya dalam versi baru, telah dikirim ke pabrik gula di Jawa.
Pekerjaan Konstruksi
Setelah industri gula, pemerintah merupakan klien penting berikutnya.
Bromo melalui I.C.A. Ia telah memperoleh reputasi yang baik, terutama di bidang pekerjaan dam dan kincir angin untuk tujuan irigasi.
Pada akhir Januari, untuk ruas irigasi Pemali – Tjomal dari departemen yang sama. Kompleks tiga pintu air dam batu besar telah diselesaikan untuk bendungan Gembiro, yang terutama berfungsi untuk mengatur irigasi perkebunan PG. Sragi di Pekalongan. Masing-masing pintu airnya memiliki lebar sekitar 10 meter. Dapat mengangkat pintu air kali Gembiro hingga ketinggian 5 meter, merupakan yang terbesar di tanah air.
Akhir dari catatan ini, dengan jelas menunjukkan prestasi pabrik mesin De Bromo di Pasuruan. Dapat dianggap sebagai salah satu wakil terbaik bagi industri mesin di Hindia Belanda, dibandingkan dengan para pendahulunya.
Sumber : Soerabaijasch Handelsblad, 29-03-1930.