Akibat hujan deras di Probolinggo pada Sabtu malam, 27 Januari 1940, sekitar pukul 22.00. “Kali Tjoeranmendjangan” (kini disebut Kali Curah Manjangan) yang terletak diantara Nguling dan Bayeman, banjir dan airnya meluap. Pada ruas jalur kereta api SS, yang ditujukan terutama untuk angkutan barang dari Bangil ke Probolinggo. Kereta 1704 yang terdiri dari lokomotif berat seri 1600, beserta 64 gerbong barang, tergelincir dan keluar jalur. Menyebabkan “petugas rem” (remmer) pribumi, bernama “Soe” dari Bangil, tewas seketika. Masinis, juru api, dan 9 petugas rem lainnya dapat selamat tepat waktu.
Kecelakaan itu terjadi akibat amblesnya salah satu pondasi jembatan, karena tergerus banjir. Rangkaian kereta tersebut sarat dengan muatan beras, kulit dan tembakau, termasuk 5 gerbong tangki berisi molase.
Di ruas jalan Bayeman-Nguling, Kali Tjoeranmendjangan yang sebenarnya hanya sungai kecil, meluap akibat banjir. Tanah di sekitarnya tergenang dan pondasi jembatan terendam tepat sebelum Nguling. Jalan raya Pasuruan-Probolinggo yang sejajar dengan rel kereta, juga tergenang air setinggi satu meter.
Lokomotif sudah lewat sekitar 10 meter melintasi jembatan, ketika pondasi jembatan tiba-tiba ambles dan runtuh. Lokomotif yang berat itu terbalik perlahan, memberi kesempatan kepada masinis dan dua juru api untuk melompat dari lokomotif ke sawah. 9 juru rem juga lolos, namun juru rem kesepuluh tewas seketika. Jenazah baru bisa dievakuasi pada Minggu pagi, saat alat pemotong oksigen sudah tiba dari Surabaya.
Minggu dini hari aparat SS tiba dari Surabaya, sementara pekerjaan pembersihan segera dimulai. Kerusakan dan kerugian sangat besar, sepanjang lebih dari 100 meter di kedua sisi rel. Gerbong-gerbong itu saling bertumpuk, beberapa gerbong tenggelam jauh ke dalam dasar sawah.
Akibat kecelakaan ini, lalu lintas kereta api terhambat selama 3 minggu. Selama periode itu, penumpang kereta api harus ditransfer di titik kemacetan dengan bus. Berita dan foto-foto kecelakaan ini mendunia, banyak dimuat koran-koran di luar negeri.
Sumber berita dan foto : koran-koran lama di delpher.nl