Sebelum kemerdekaan RI, NIMEF di Kendalpayak Malang adalah pabrik kaleng/blek dan berbagai kemasan serta percetakan terbesar di Hindia Belanda. Pada peristiwa Agresi Militer Belanda yang pertama Juli 1947, pabrik NIMEF termasuk salah satu yang hancur akibat aksi bumi hangus. Mendengar berita pendudukan Lawang oleh militer Belanda pada tanggal 22 Juli 1947, orang-orang di Malang mulai melaksanakan aksi bumi hangus. Banyak gedung-gedung instansi militer maupun sipil milik pemerintah/swasta yang hangus dibakar. Termasuk sekolah dan rumah-rumah pemukiman milik orang Eropa.
Dalam laporan militer yang bersifat rahasia (geheim), yang dibuat oleh Mayor G. L. Reinderhoff menyatakan : Kondisi pabrik NIMEF di Kendalpayak tidak menguntungkan, hanya sekitar 30% dari kapasitas sebelumnya yang dapat dipulihkan. Pabrik rokok FAROKA bernasib lebih baik, tidak mengalami kerusakan yang terlalu parah, prospeknya dalam waktu sekitar enam bulan dapat beroperasi kembali.
Fakta adanya recovery atau beroperasinya kembali pabrik NIMEF di kota Malang, di masa sekarang ini sangat jarang diketahui. Boleh disebut belum pernah ada yang menelusuri dan mengulasnya. Ada yang mengatakan aset-aset penting NIMEF di Kendalpayak ini, kemudian dipindah ke kota lain. Padahal ada banyak bukti-bukti yang bisa ditemukan, dalam arsip artikel/iklan koran lama. Ada bukti foto-foto udara tahun1947, foto-foto saat recovery (1947-1952) dan album foto (tahun 1949-1950) yang berisi ratusan foto-foto.
NIMEF di Malang beroperasi cukup lama, hampir 10 tahun (periode 1948-1957). Lihat kronik berita NIMEF dibawah.
Bekas gudang/pabrik dan perkantoran eks NIMEF ini, berada di Jalan Sutanto No.1 dan No. 2 (Bentoel Janti), sekarang ini nyaris tidak terlihat. Walau sudah tertutup bangunan/tembok baru, salah satu gudang (gudang A) masih bisa diamati dari Google Street tahun 2019. Sedangkan cerobong asap era jaman Belanda di pabrik sebelah timurnya (PT Usaha Loka Malang), masih ada dan bisa dilihat dari jalan Susanto.
Recovery NIMEF
Mesin-mesin yang tersisa di Kendalpayak, kemudian dipindahkan sejauh sekitar 7 KM ke dalam kota Malang. Gedung-gedung yang dipakai disebut bekas Pabrik Tekstil yang kosong atau ada juga yang menyebut bekas IMIW. IMIW adalah singkatan dari Indische Maatschappij voor Individuele Werkverschaffing (Perusahaan India untuk Lapangan Kerja Individu). Sebuah perusahaan yang menangani para pengangguran, dengan memberikan berbagai macam pelatihan kerja.
Gedung-gedung ini berlokasi di kawasan industri (industrie terrein), sebelah barat daya Pabrik Rokok FAROKA. Sebuah lokasi yang lebih strategis dan efisien, mengingat banyak kebutuhan bahan kemasan dan cetakan FAROKA dipasok oleh NIMEF.
Foto-foto udara tahun 1947, menunjukkan bahwa komplek bangunan disini hanya mengalami sedikit kerusakan. Di area suatu pabrik (N.V. Handel Mij & Oliefabriek Kian Hong, sekarang PT Usaha Loka Malang), dengan cerobong asapnya yang tinggi, juga nampak sebagian rusak dan terbakar.
Lokasi baru pabrik dan kantor NIMEF ini, dulu dikenal dengan nama Jalan Tenun No. 1 dan 2, kemungkinan memang dulunya pernah ada “Pabrik Tenun/Tekstil”. Nama Jalan Tenun, di kemudian hari diganti nama Jalan Susanto. Lokasi bangunan pabrik dan perkantoran NIMEF, berada pada bagian utara dan selatan jalan Tenun, serta di sebelah barat Jalan Niaga di wilayah Kelurahan Janti, sekarang Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun. Untuk selanjutnya agar mudah di ingat, kita sebut saja “NIMEF di Jalan Tenun” atau “NIMEF Tenun” Malang saja.
Foto Udara Tahun 1947
Foto-Foto Saat Proses Recovery
Proses instalasi ulang pabrik NIMEF di jalan Tenun Malang, dapat dilihat pada foto-foto dibawah ini :
Kronik Berita Tentang NIMEF Saat Beroperasi Kembali di Malang 1948-1957 :
- 1948 : Pada bulan Agustus 1948, NIMEF Malang dilaporkan sudah beroperasi kembali. Pabrik kaleng yang bekerja pada 30% departemen karton telah dimulai. Mempekerjakan 350 orang, tuan Tullingh, adalah salah seorang veteran pertama yang kembali bekerja. Banyak mantan karyawan yang melapor dan perusahaan yang mengatasi banyak kesulitan ini kini kembali bekerja. Departemen pencetakan kaleng, akan dimulai dalam beberapa bulan kedepan. Kesulitan lainnya adalah lambatnya birokrasi di Batavia, yang dianggap menghambat rekonstruksi. Tidak ada yang percaya, bahwa dibutuhkan waktu enam bulan sebelum perusahaan sepenting NIMEF ini untuk mendapatkan mobil. (De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-08-1948).
- 1949 : Sehubungan dengan aktivitas kriminal para ekstremis, yang mengakibatkan terputusnya hubungan tram ke Malang Selatan untuk sementara waktu – seperti yang kami tulis di koran kami edisi 4 Desember – N.V. NIMEF di Malang harus membatalkan slamatan yang telah diumumkan untuk hari Sabtu, 6 Agustus 1949, untuk waktu yang tidak ditentukan. Ratusan pekerjanya, yang tinggal di Malang Selatan, tidak dapat datang secara normal karena gangguan lalu lintas yang disebutkan di atas. Segera setelah SS memulihkan koneksi lagi, NIMEF akan menetapkan tanggal baru untuk slamatan. (Nieuwe courant, 06-08-1949)
- 1950 : Sembilan ratus orang karyawan di NIMEF di Malang mogok kerja. Mereka menuntut kenaikan upah antara 25-30%; upah di bawah NLG 2,50 minta dinaikkan sebesar 30%, sedangkan upah di atas NLG 2,50 sebesar 25%. Mengenai ultimatum ini, NIMEF memulai negosiasi dengan manajemennya di Jakarta. (Nieuwe Courant, 13-04-1950)
- 1951 : Aksi buruh di Malang. Diskusi yang diadakan pada tanggal 4 Juni antara manajemen NIMEF di Malang dan para pekerja di bawah pengawasan layanan informasi ketenagakerjaan tidak membuahkan hasil. Inti dari pembicaraan tersebut adalah usulan pemecatan 150 pekerja. Perusahaan terpaksa mengambil langkah ini, karena kesulitan-kesulitan besar yang dihadapi. Dari pihak Sarekat Buruh NIMEF, dinyatakan bahwa sebuah aksi akan dilakukan untuk mendukung mereka yang akan dipecat. (De Nieuwsgier, 11-06-1951). Ketika seseorang bertanya kepada seorang warga kota Malang, industri apa yang ada di kotanya? Dia pasti akan menyebutkan NIMEF, sebagai salah satu yang pertama dalam daftarnya. NIMEF dengan sekitar 650 pekerja laki-laki dan perempuan, mengambil tempat penting di antara perusahaan-perusahaan di kota Malang. Setelah perang, perusahaan ini harus mulai dari bawah lagi, dan sekarang perusahaan hampir kembali ke bentuk semula. Perusahaan ini terus dipenuhi dengan pesanan dan terus bekerja pada rencana untuk perluasan lebih lanjut dan perbaikan di mana memungkinkan. (De Vrije Pers : Ochtendbulletin, 22-09-1951)
- 1952 : Pada rapat umum pemegang saham NIMEF di Jakarta, akan diusulkan untuk membayar dividen sebesar 15% saat ini dari modal yang telah ditingkatkan sebesar 60 %. Laporan tersebut mengatakan bahwa, secara kas, omset meningkat, tetapi persentase laba menurun. Penyelesaian dan modernisasi pabrik di Jakarta mengalami keterlambatan. Dukungan penting harus diminta lagi dari para bankir pada tahun 1952. Situasi di pabrik Malang tetap sulit. Pabrik di Bandung bekerja dengan memuaskan. Di Jakarta, peningkatan kapasitas produksi yang signifikan diharapkan terjadi pada tahun 1952. ( Java-Bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-08-1952)
- 1953 : NIMEF mencatat saldo operasional yang lebih rendah. Meskipun hasil untuk tahun 1952 masih memberikan alasan untuk puas, saldo operasional yang baik jauh lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Penyebab utama adalah bahwa kenaikan upah dan biaya lainnya mempengaruhi tingkat keuntungan secara negatif, menurut laporan NIMEF di Jakarta. Ketenangan ini terus berlanjut di tahun baru. Pabrik di Malang memberikan hasil yang lebih baik, tetapi tidak semua departemen dapat menghasilkan profit. Peningkatan kapasitas produksi pabrik di Jakarta hanya terasa di bagian akhir tahun. Hasil pabrik di Bandung tetap, karena persaingan, di bawah tahun 1951. Dividen yang diusulkan tidak berubah sebesar 15%. (Overijsselsch Dagblad, 19-08-1953)
- 1954 : Pemogokan di NIMEF Malang, Sarekat Buruh NIMEF Malang telah memulai mogok kerja pada tanggal 24 ini. Sekitar 550 pekerja laki-laki dan perempuan berhenti bekerja pada pukul 9.30 pagi untuk memperkuat tuntutan mereka mengenai perjanjian kerja kolektif dan masalah upah dari pekerja individu. Pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai telah dibahas lima kali tanpa hasil, sehingga SB NIMEF memutuskan untuk mengambil tindakan. (De Vrije Pers : Ochtendbulletin, 30-09-1954)
- 1955 : Hasil yang lebih rendah di NIMEF. NIMEF mencatat surplus operasi sebesar Rp. 495.052 (1.971.510) untuk tahun 1954. Hasil ini lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Laporan tahun 1953 telah menyebutkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan para pekerja di Malang. Hal ini diasumsikan sedemikian rupa sehingga operasi yang menguntungkan tidak mungkin lagi dilakukan. Sikap Serikat Buruh semakin disesalkan, karena tanpa perlawanan dari pihak buruh, perusahaan dapat memberikan hasil yang lebih menguntungkan. Pabrik di Jakarta menghadapi kesulitan penjualan pada awal tahun. Pada akhirnya, hasil yang diperoleh perusahaan tidak memuaskan. Hasil untuk kuartal pertama tahun 1955 lebih menguntungkan bagi kedua pabrik. Namun, sejak 1 April dan seterusnya, serikat pekerja melarang kerja lembur, sementara pabrik dapat menghasilkan kinerja yang layak jika lembur dilakukan di beberapa departemen selama 40 jam seminggu. Surplus operasi tidak memungkinkan menghapus pengeluaran modal yang dikeluarkan pada tahun 1954. Hal ini hanya dapat dilakukan jika dividen dibagikan secara penuh. Manajemen mengusulkan untuk tidak melakukan penyusutan lebih dari yang disyaratkan secara fiskal dan mengalokasikan sisa laba kepada para pemegang saham. Dividen sebesar 10% akan dibayarkan. (Trouw, 03-08-1955)
- 1956 : Ketenangan kerja di NIMEF. Di gedung pabrik NIMEF di Malang, sebuah pertemuan “silaturahmi” diadakan antara para pekerja pabrik dan manajemen. Pertemuan ini diadakan sehubungan dengan kerja sama yang baik yang dapat dicapai antara manajemen dan pekerja pabrik. Pada kesempatan ini, tuan G. J. M. Elleman, agen NIMEF di Malang, yang mengatakan bahwa berkat kerja sama yang baik ini, produksi NIMEF meningkat. Setelah itu, penghargaan diberikan kepada para pekerja yang telah bekerja di NIMEF selama lebih dari 25 tahun, yaitu bapak Soehari, pegawai Indonesia di NIMEF. Pertemuan itu kemudian dilanjutkan dengan berbagai pertunjukan dan kompetisi. Selain itu, pameran produk NIMEF juga diadakan.( Indische courant voor Nederland, 12-01-1956). NIMEF Menjual Pabrik Malang. Dalam rangka meningkatkan posisi likuiditasnya, NIMEF di Jakarta telah memutuskan untuk menjual pabrik di Malang. Kontrak untuk menjual pabrik telah ditandatangani. Hasilnya pada tahun 1955 cukup memuaskan. Kesulitan-kesulitan dengan para pekerja di Malang tidak terlalu terasa dengan hasil langsung bahwa pabrik Malang juga dapat dioperasikan dengan keuntungan lagi. Kesulitan-kesulitan itu terutama di bidang keuangan. Peraturan yang semakin ketat untuk impor bahan baku berarti bahwa sejumlah dana yang relatif besar harus dikeluarkan. (Trouw, 25-07-1956)
- 1957 : NIMEF 30 (15) % Pabrik NIMEF di Jakarta memperoleh keuntungan. Dividen yang diusulkan adalah 30 %. Sudah diputuskan untuk menjual pabrik di Malang. Kontrak penjualan telah ditandatangani. Pabrik Jakarta akan diperluas secara signifikan. Beberapa jenis kaleng, yang saat ini masih harus diimpor, akan dapat diproses. Tentang devisa yang dibutuhkan masih diperdebatkan oleh manajemen. Perkembangan pabrik Jakarta memenuhi harapan. (Trouw, 03-07-1957). Permintaan kaleng baik yang sudah dicetak maupun belum dicetak dalam berbagai bentuk dan ukuran cukup tinggi. Masyarakat kini ingin memproduksi sendiri jenis-jenis tertentu yang selama ini diimpor. Artinya penghematan devisa bagi Indonesia. Diskusi sedang berlangsung mengenai devisa yang dibutuhkan untuk rencana ini. Interaksi diharapkan dari proyek ini. Kemungkinan untuk menawarkan lebih banyak jenis bahan kemasan di luar impor di Indonesia sendiri telah menciptakan industri baru yang membeli bahan ini. Pentingnya pengemasan yang baik semakin dikedepankan. Tujuan N.V. adalah untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat ini. Karena sebagian staf pabrik Malang sudah bisa dipekerjakan di Jakarta, maka persoalan personalia menjadi tidak terlalu mendesak. Namun, menarik dan melatih staf teknis yang baik masih memerlukan perhatian penuh dan penempatan staf tetap diperlukan. (De Maasbode, 27-06-1957)
Foto-Foto Saat NIMEF di Jalan Tenun Malang Beroperasi
Beberapa foto saat NIMEF Tenun Malang beroperasi, foto-foto lengkapnya lihat dalam album
Untuk keperluan transportasi bahan baku dan finish product, dibangun pencabangan rel kereta api baru ke jalan Tenun (jalur belum ada pada foto udara 1947 dan tidak tergambar di peta lama yang ada) yang melintas di depan pabrik. Bongkar muat barang dari gerbong barang SS, terutama lembaran plat bahan baku kaleng yang berat, sudah menggunakan forklift terbaru merk “TOWMOTOR” buatan Amerika.
Iklan Lowongan Kerja, Promosi dan “Slamatan” NIMEF :
Bukti lain tentang beroperasinya pabrik NIMEF Tenun Malang, yaitu dengan adanya beberapa iklan lowongan pekerjaan, promosi dan acara “Slamatan“. Yang paling menarik adalah iklan lowongan dalam Bahasa Indonesia, kiriman dari rekan Malang, Sdr. Han Berger, yang menurutnya bersumber dari Malang Post tahun 1950-an. Iklan tersebut dengan jelas menyebut “NIMEF Djalan Tenun Malang“. Juga dengan ketentuan domisili calon pelamar yang tidak di Malang Selatan atau Kebon Agung. Di duga terkait pengalaman peristiwa sebelumnya, dimana ada sabotase di jalur tram. Sehingga ratusan pekerja dari Malang Selatan tidak bisa hadir bekerja.
Siapa Membeli NIMEF Malang?
Sampai postingan ini disusun, belum diketahui kepada siapa sebenarnya NIMEF Malang dijual? Atau siapa yang membeli NIMEF Malang? Dengan adanya perluasan pabrik di Jakarta, tentunya aset-aset yang terbaik ikut dipindahkan, termasuk staf Eropa dan karyawan pilihan lainnya. Melihat situasi di tahun 1957 itu, dapat diduga semua aset milik NIMEF, pada akhirnya diambil alih oleh pemerintah. Dimana banyak perusahaan Belanda yang di Nasionalisasi pada awal bulan Desember 1957, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa “Sinterklas Hitam“.
Menarik juga untuk menelusuri asal-usul PR. Bentoel Malang, yang dikemudian hari menempati sebagian (semua?) lahan ex pabrik NIMEF di jalan Tenun. Menurut beberapa sumber : PR Bentoel berawal dari perusahaan bernama Strootjes-Fabriek Ong Hok Liong. Di kemudian hari berubah menjadi Hien An Kongsie.
Dari literasi lama dapat ditemukan bahwa Hien An Kongsie, adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan (drukkerij). Suatu lini bisnis yang kurang lebih sama dengan bisnis NIMEF Tenun Malang. Dan nampaknya Hien An Kongsie percetakan yang cukup moncer kala itu, berawal dari nama Drukkerij Hien An, pada 1 Januari 1949, mampu mengambil alih percetakan lain, Drukkerij T.T.T, sehingga namanya kemudian berubah menjadi Hien An Kongsie.
Sekedar dugaan, ada kemungkinan aset-aset ex NIMEF, anggaplah sisa aset percetakan yang tidak digunakan untuk pengembangan pabrik NIMEF di Jakarta, kemudian dibeli oleh Hien An Kongsie. Untuk selanjutnya mesin cetak dan karyawan ex NIMEF yang sudah terlatih, dapat segera dimanfaatkan oleh Hien An Kongsie. Diketahui saat ini jalan Tenun/jalan Sutanto No. 2, masih dikenal oleh masyarakat sebagai Bentoel Janti. Tentunya perlu diklarifikasi dulu dengan pihak Hien An Kongsie/Bentoel Janti, sejak kapan menempati lahan di Jalan Tenun No. 2? Dari siapa lahan itu dibeli atau diambil alih?
Namun yang jelas, apapun atau siapapun yang membeli atau mengambil alih, NIMEF terbukti pernah beroperasi di jalan Tenun Malang cukup lama (hampir 10 tahun), selama periode 1948 hingga dijual pada tahun 1957.
Sumber : Berbagai artikel koran lama di delpher.nl Sumber Foto : KITLV, wereldmuseum.nl, Google Street
Postingan Terkait :
Album NIMEF Tenun Malang 1949-1950
Album Foto NIMEF Di Kendalpayak Malang 1947
Kunjungan Gubernur Jenderal ke NIMEF di Kendalpayak Malang & Album Foto 1922
Tokoh Dibalik Kesuksesan NIMEF Di Kendalpayak Malang, Berakhir Tragis Di Kamp Interniran Jepang