Sarana transportasi dengan mode “Kereta Gantung“, dalam bahasa Belanda disebut dengan “Kabelbaan” atau “Zweefbaan“. Sebenarnya bukan hal baru di Hindia Belanda, sudah digunakan di beberapa tempat sebelum tahun 1900, terutama di industri tambang. Dibangun dan digunakan untuk transportasi dalam industri gula, oleh PG. Panggungrejo (Nama Resmi : N. V. Cultuur Maatschappij Panggoongredjo) pada tahun 1911. Bisa dikatakan yang pertama kalinya, tapi yang jelas disebut sebagai yang terbesar di Jawa waktu itu.

PG. Panggungrejo berlokasi di desa Panggungrejo, selatan pusat Distrik Kepanjen, di Kabupaten Malang. Kereta gantung yang dipasang, membentang diantara lembah dan jurang hampir sepanjang 500 meter. Melayani pengangkutan tebu atau material lain, dan bisa juga orang, melewati jurang Kali Metro sedalam 50 meter. Lori seberat sekitar 6 ton didorong ke atas stasiun di sebelah barat dan dibawa seolah-olah terbang ke sisi lain jurang, ke stasiun di sebelah timur. Dimana lori tebu kemudian dapat ditarik lebih jauh ke pabrik dengan lokomotif.

Lokasi penempatan “Kabelbaan/Zweefbaan” di PG. Panggungrejo Kepanjen Malang pada peta 1932.

Di sini, konstruksi sederhana menunjukkan ketahanan besi dan baja. Dua kabel baja sepanjang 400 meter dan setebal 50 milimeter, ditahan oleh beban seberat 45 ton. Di atas kabel-kabel ini ada dua roda yang menempel pada dua stasiun, yang ditarik bolak-balik oleh kabel tipis yang tidak berujung. Jarak antara stasiun barat dan timur sejauh 360 meter. Sebuah “locomobiel” menyediakan tenaga untuk ini.

Dari lahan tebu seluas 600 bahu di sebelah barat Kali Metro, dilayani dengan cara ini. Dapat mengangkut 140 lori atau rata-rata 800 pikul tebu dalam 10 jam kerja sehari. Dengan produksi 1150 hingga 1200 pikul per bahu, transportasi ini dapat memproses sekitar 7 bahu per hari. Sebuah lori hanya membutuhkan waktu 4 menit untuk mencapai seberang. Kabel pembawa yang diikat di sisi stasiun barat, ditahan di sisi timur dengan katrol besar dengan dua buah penyeimbang yang masing-masing berbobot 45 ton. Dengan cara ini, ketegangan tetap stabil jika terjadi peregangan pada kabel.

Pengoperasiannya sangat sederhana, dan tidak terpengaruh oleh cuaca sedikit pun, sehingga pemasangannya dapat diandalkan setiap saat. Instalasi ini menggantikan ongkos pembangunan jembatan yang mahal dan dapat dilihat beroperasi setiap hari selama musim giling. Dibangun oleh pabrik Adolf Bleichert & Co. di Leipzig-Gohlis, yang merupakan yang tertua dan terbesar di bidang transportasi ini. Pabrik tersebut juga membangun jalur kabel langsung dari kebun tebu ke pabrik. Jika diperlukan sampai di atas pembawa tebu, yang menghasilkan operasi reguler yang tidak tergantung pada kondisi cuaca.

Pemandangan lembah dan jurang di atas sungai Metro, dimana dipasang kereta gantung. Foto ca. 1930.
Pemandangan lembah dan jurang di atas sungai Metro, dimana dipasang kereta gantung. Foto ca. 1930.

Tentang Adolf Bleichert & Co.

Adolf Bleichert & Co. adalah pabrik kereta gantung di Leipzig-Gohlis, adalah perusahaan yang sangat aktif dalam konstruksi kereta gantung. Didirikan pada tahun 1876 oleh Adolf Bleichert dan berpusat di Leipzig – Gohlis dari tahun 1881. Di GDR (Jerman Timur), dari sini memunculkan perusahaan milik negara VEB Schwermaschinenbau Verlade- und Transportanlagen Leipzig. Mulai tahun 1973, VEB Verlade- und Transportanlagen Leipzig “Paul Fröhlich” (disingkat VTA). Operasi dihentikan pada tahun 1991. Bekas lokasi perusahaan terdaftar sebagai monumen bersejarah.

Logo pabrik Adolf Bleichert & Co.

Pabrik kereta gantung yang didirikan oleh Adolf Bleichert, ditutup tahun 1874. Ketika rekannya Theodor Otto pindah ke Julius Pohlig di Siegen. Adolf kemudian mendirikan Adolf Bleichert & Co. pada tahun 1876 bersama saudara iparnya, pedagang Peter Heinrich Piel di Leipzig-Neuschönefeld. Segera mendapatkan reputasi sebagai produsen dan pembuat kereta gantung .

Pada tahun 1881, perusahaan ini dipindahkan ke Leipzig-Gohlis, dan kemudian mengirimkan kereta gantung ke seluruh dunia. Awalnya dengan 20 karyawan teknis dan komersial dan 70 pekerja. Industri bahan mentah dan berat khususnya, menunjukkan minat yang besar terhadap sistem transportasi baru ini.

Pada tahun 1888, Adolf Bleichert & Co. memberikan kepada perusahaan Amerika Cooper, Hewitt & Co., perusahaan induk dari Trenton Iron Company, izin untuk membangun dan menjual kereta gantung Bleichert di AS. Trenton Iron segera meluncurkan sejumlah besar kereta gantung di AS hingga Alaska.

Ketika Adolf Bleichert meninggal pada tahun 1901, perusahaan tersebut telah mengirimkan dan membangun lebih dari 1.000 kereta gantung, termasuk di Perancis, Spanyol dan Jepang. Perusahaan ini berhasil dilanjutkan oleh putranya Max dan Paul.

Sosok Adolf Bleichert

Pada saat itu, Adolf Bleichert & Co. adalah pembuat kereta gantung terkemuka di dunia. Memegang semua rekor dunia : Kereta gantung terpanjang (34 km) dan tertinggi (4630 MDPL) di Argentina. Kereta gantung terpanjang di atas air di Kaledonia Baru, yang paling kuat di Flamanville ( Prancis ; 500 t/h). Yang paling curam di Afrika Timur Jerman (86%), yang paling utara di Spitsbergen (79°) dan paling selatan di Chili (41°). Perusahaan ini berkantor di Leipzig, Brussels, Paris dan London.

Kompleks pabrik di Leipzig-Gohlis

Dari Gula Ke Serat Rosella

PG. Panggungrejo mencapai puncak produksinya pada tahun 1930, hampir 190.000 kuintal gula. Di dera krisis ekonomi tahun 1930-an, menggiling terakhir pada tahun 1933 sebelum akhirnya dilikuidasi. Administrator terakhir adalah J. V. Kriesveld, di kemudian hari menjadi Inspektur di Dewan Koloni. Cukup beruntung di jaman sekarang, bukti keberadaan kereta gantung ini dapat ditemukan bukti peta, foto-foto, bahkan film atau videonya juga ada.

Setelah krisis, beberapa PG berusaha bangkit lagi setelah ditutup. Dengan beralih ke produk pendukung industri gula, atau ke bisnis yang benar-benar baru. Misalnya PG. di Kraton Pasuruan menjadi pabrik kulit Jacatra. PG. Pleret beralih ke industri tekstil Nebritex.

PG Panggungrejo mencoba keberuntungannya pada industri serat Rosella. Yaitu dengan mengembangkan budidaya Rosella di Malang selatan. Rosella adalah tanaman serat pengganti rami, sebagai bahan karung/sak, nama latinnya “Hibiscus Sabdariffa“. Dalam beberapa tahun telah mengadakan uji coba dan mengembangkan tanaman ini. Perkebunan Rosella merupakan industri yang sangat padat karya, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, baik laki-laki maupun perempuan. Maka jelas, bahwa perkebunan ini sangat penting bagi penduduk di wilayah tersebut. Hingga tahun1938, luas lahan Rosella yang dikelola sudah mencapai 350 HA, tahun 1939 ditargetkan 500 HA. Saat itu staff Eropa-nya sudah berjumlah 10-11 orang.

Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa), bahan pembuatan sak/karung pengganti rami.

Pada 24 Januari 1939, pabrik secara resmi diambil alih oleh N.V. Javasche Vezelonderneming (JAVO=Perusahaan Serat Jawa). Merupakan perusahaan konsorsium yang terdiri dari Firma Tiedeman en Van Kerchem di Surabaya, PG. Kebon-Agoeng, PG. Tjeweng-Lestari dan de Internatio, dengan modal 2,5 juta Gulden. Dalam akta pembentukan, masih disebutkan adanya aset-aset milik PG Panggungrejo. Seperti : komplek perumahan, jalur kereta api dengan peralatan yang ada, stasiun pompa, dll. termasuk juga kereta gantung ini. Ditunjuk sebagai administratornya, tuan J. W. van Houweninge.

Bulan Juni 1939, Pemda Kabupaten Malang memberikan ijin pendirian “Rosella-onderneming Panggoengredjo“. Disebut juga sebagai Vezelonderneming atau Zakkenfabriek Panggoengredjo), untuk memproduksi sak atau karung. Dengan ketentuan dalam kurun waktu 2 bulan harus segera dibuka (beroperasi).

Perluasan pabrik serat Rosella “Panggoengredjo” di Malang Selatan mengalami kemajuan yang baik. Mesin-mesin yang dibutuhkan untuk produksi karung serat Rosella, dipasang di gudang ganda yang baru, memiliki dimensi yang sangat besar. Gudang ini memiliki luas lantai 96 x 24 Meter, sementara tingginya 12 Meter. Gudang ini dibangun dengan konstruksi besi dengan dinding 1 1/2 bata di bawah dan 1 bata di atas. Pondasi beton diletakkan di kolom-kolomnya. Jendela-jendela yang sempit namun tinggi mempercantik penampilan pabrik. Enam pintu darurat dipasang, dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran. Yang mencakup seluruh area pabrik, membantu meminimalkan akibat dari risiko kebakaran. Beberapa rumah mantan pegawai pabrik gula juga dipugar. Diharapkan paling lambat pada bulan September 1939 sudah dapat dipergunakan.

Bangunan pabrik perusahaan serat Panggungredjo dekat Kepanjen di Malang Selatan. Jendela-jendela sempit dan terang tinggi menjadi ciri khas bangunan yang panjangnya hampir 100 M lebar 24 M dan tinggi 12 M. (Soerabaijasch handelsblad, 30-9-1939).
Kunjungan para prajurit marinir pada pabrik serat Rosella Panggungrejo,
berpose bersama Administratur tuan J. W. van Houweninge dan istri padatahun 1940,

Selamatan

“Slametan” atau selamatan atas selesainya keseluruhan proyek, dilaksanakan oleh seluruh direksi, staff dan seluruh personil pribumi. Pada hari Selasa, 11 Februari 1941, meskipun pabrik telah digunakan cukup lama. Datang menghadiri acara ini : tuan Egeter datang dari Surabala (Firma Tiedeman dan Van Kerchem, yang mengelola pabrik) dan tuan Gogelein sebagai pengawas Tiedeman dan Van Kerchem. Bupati Malang R. A. A. Sam, Kontroller Malang Selatan mr. Hübenet (mewakili Residen Malang), serta mantan Patih Malang Raden Soeriadikoesoemo juga berkenan hadir.

Invasi Jepang dan Setelah Kemerdekaan

Malang tidak dapat ditolak, belum lama setelah didirikan, datanglah periode pendudukan Jepang sejak 1942. Belum diketahui apa yang terjadi di masa pendudukan Jepang hingga periode kemerdekaan 1945.

Laporan terakhir yang dapat ditemukan, dimuat pada beberapa surat kabar lama. Diantaranya : Algemeen Handelsblad, 11-01-1949, yang menulis dan mengabarkan bahwa Javasche Vezelonderneming (JAVO) mengalami rusak parah. Pabrik ini dikabarkan telah hancur, belum diketahui apakah masih ada mesin yang bisa ditemukan, dianggap rugi total. Kereta gantung beserta peralatannya, diduga dibongkar dan diprotoli pada era Jepang. Sementara PG. Tjeweng Lestari dari manajemen yang sama, juga mengalami kerusakan, namun kemungkinan masih dapat diperbaiki. Bangunan PG. Tjeweng diketahui masih utuh pada awal Januari 1949, sementara banyak bagian instalasi yang tertinggal di emplassemen pabrik. Setelah penilaian akhir, PG. Tjeweng dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dibangun kembali.

Lokasi Stasiun Kereta Gantung

Berdasarkan peta 1915, dapat diketahui bekas lokasi stasiun kereta gantung berada :

  • Stasiun sebelah barat Kali Metro : berada di desa Slorok, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang.
  • Stasiun sebelah timur Kali Metro : berada di Santren, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Lokasi penempatan “Kabelbaan/Zweefbaan” di PG. Panggungrejo Kepanjen Malang pada peta 1915.
Titik/pin lokasi bekas stasiun kereta gantung.

Bekas Lokasi Pabrik

Saat ini dapat diketahui, bahwa bekas gedung PG/pabrik serat Rosella Panggungrejo, dipergunakan sebagai markas Batalyon Zeni Tempur 5/Arati Bhaya Wighina disingkat Yon Zipur 5/ABW, merupakan batalyon organik KODAM V/Brawijaya. Sedangkan area bekas komplek perumahan karyawannya, sekarang menjadi RSUD Kanjuruhan, atau biasa disebut Rumah Sakit Panggung.

Markas Batalyon Zeni Tempur 5/Arati Bhaya Wighina di Kepanjen, Kabupaten Malang, Menempati lahan bekas Pabrik Gula/Pabrik Serat Rosella Panggungrejo.
RSUD Kanjuruhan menempati lahan bekas perumahan karyawan Pabrik Gula/Rosella Panggungrejo.

Fakta bahwa pernah ada pabrik serat Rosella disini sangat jarang diketahui, bahkan oleh penduduk asli Kepanjen saat ini. Apalagi oleh penduduk daerah lain, mengingat masa beroperasi pabrik yang relatif pendek. Semoga menambah wawasan dan melengkapi khasanah sejarah Kepanjen, dimana selain tebu, ternyata juga menyimpan potensi industri serat Rosella.

Sumber :

Dirangkum dari berbagai surat kabar lama di delper.nl

Postingan Terkait :

Jalur Baru Angkutan Tebu (Oro-oro Dowo – Blimbing) PG. Kebon Agoeng Malang Tahun 1921

Problem Awal Seorang Administrator Pabrik Gula