Rob van de Ven Renardel de Lavalette pada tahun 1997, memberikan klarifikasi tentang asal usul “De Lavalette Kliniek“. Yaitu sebuah klinik atau rumah sakit yang berada di kota Malang. Ada kesalahpahaman bahwa klinik ini ada kaitannya dengan Residen Pasuruan. Yakni G. J. P. de la Valette, yang lahir di Semarang 4 Juli 1853, meninggal Den Haag 1922. Valette menjadi residen di Pasuruan pada tahun 1899 dan juga mengambil alih kekuasaan di wilayah Probolinggo pada tahun 1900. Dimana sejak tahun itu karesidenan Probolinggo masuk dalam wilayah karesidenan Pasuruan.
Nama Lavalette
Residen De la Valette ini, sepupu dari Louis Couperus, menjadi tuan rumah bagi Louis Couperus ketika dia tinggal di Hindia (Belanda). Couperus dikatakan mendapat inspirasi di Pasuruan untuk karyanya “De Stille Kracht“, dimana deskripsi Labuwangi sangat mirip dengan Pasuruan sebelum perang.

Frédéric Bastet tidak melakukan kesalahan ini dalam biografinya “De wereld van Louis Couperus“. Namun jurnalis Hans Visser melakukannya dalam ulasannya mengenai hal tersebut. Ia menulis, tanpa verifikasi apapun: “De la Valette mendirikan rumah sakit De la Valette di Malang, tidak jauh dari Pasuruan. Klinik tersebut, yang masih berada di lingkungan pedesaan, masih merupakan klinik swasta.” (Noordhollands Dagblad 31 Januari 1992).
Ini tidak benar. Mengapa residen mendirikan rumah sakit di Malang, yang berada cukup jauh dari Pasuruan?
Nama residen ini aslinya bukan “De la Valette“, melainkan “Valette“. Dengan keputusan G.G. tahun 1903, ia dan keturunan sahnya diperbolehkan menyebut dirinya “De la Valette“. Perhatikan ejaan nama “De la” dan Valette” yang ditulis terpisah. Klinik Lavalette di Malang tidak ada hubungannya dengan De la Valette ini.
Klinik Lavalette didirikan sekitar tahun 1913 dan masih lekat dengan nama pendirinya. “Gerrit Christiaan Renardel de Lavalette“, mantan pemilik perkebunan yang sangat berarti bagi kota Malang.
Silsilah Keluarga
Gerrit Christiaan lahir pada tanggal 20 Desember 1849, di Lienden di Betuwe, dari pernikahan kedua ayahnya. Dia anak kesepuluh dari dua belas bersaudara. Ayahnya adalah seseorang yang religius, bekerja di kantor pendaftaran tanah di provinsi Brabant Utara. Dia berasal dari keluarga Protestan Huguenot yang mengungsi sekitar tahun 1700. Dari daerah sekitar St. Paul-Trois-Chateaux di Dauphiné, kira-kira antara Montélimar dan Orange. Sekitar waktu itu mereka mengungsi ke Maastricht, beberapa generasi kemudian mereka pindah ke Amsterdam. Saat ini cabang keluarga ini tersebar di seluruh Belanda.
Penelitian tentang asal usul keluarga ini masih berlangsung. Beberapa penjelasan mengenai asal usul nama keluarga beredar. Namun kemungkinan besar yang menyangkut keluarga Re(y)nardel, yaitu yang tinggal di perkebunan Lavalette. Memang tepat di luar St. Paul, anda akan menemukan area bernama Lavalette. Jumlah pembawa nama “Renardel de Lavalette” kini berjumlah kurang lebih enam puluh orang. Secara keseluruhan, sekitar tiga generasi ‘Renardel de Lavalette’ telah berada di Hindia Belanda. Gerrit Christiaan dan saudaranya Jean Guillaume termasuk di antara generasi pertama. Generasi kedua antara lain Residen Tasikmalaja dan Pekalongan selanjutnya, Gerard D. P. A. Renardel de Lavalette (1875-1940), putra dari saudara laki-laki Gerrit Christiaan.

Generasi ketiga termasuk duta besar Belanda di Indonesia, Paul Renardel de Lavalette (1918-1980), cucu dari saudara laki-laki Gerrit Christiaan. Bahkan ada kemungkinan orang-orang dari keluarga ini juga pindah ke Timur pada masa VOC. Seorang Jean Renardel de Lavalette tahun 1765 konon berangkat ke Hindia. Namun penelitian ke arah itu tidak pernah memberikan kejelasan tanggal mengenai hal ini. Tidak diketahui kapan Gerrit melakukan perjalanan ke Hindia dan di mana dia tinggal. Saudara tirinya Jean (1828-1918) sudah ada di sana pada tahun 1849, termasuk di Semarang. Jean ini kemudian tinggal di Lawang hingga kematiannya pada tahun 1918. Jean hanya mempunyai seorang anak perempuan, yang menikah dengan W. C. van de Ven pada tahun 1868 di Probolinggo. Asal dari beberapa keturunan Hindia bernama “Van de Ven Renardel de Lavalette” (dengan keputusan G.G. 1912, keturunan tersebut menerima nama ayah dan nama mereka). Dari sinilah ibu penulis ini berasal.
Diduga Gerrit Christiaan pergi ke Hindia sekitar tahun 1880 . Pada tahun 1872, ia masih tinggal di Lienden, tempat saudaranya Jean telah tinggal selama tiga puluh tahun. Gerrit tidak memiliki anak sendiri, tetapi mengadopsi tiga anak (anak perempuan) pribumi, setidaknya satu di antaranya diberi nama “De Lavalette“. Keluarganya tidak akan menyetujui nama lengkap keluarga untuk diadopsi. Ia menikah dengan wanita Hindia, Aaltje Antoinette Mollet. Menurut cerita, Gerrit memperoleh kekayaannya dari perkebunannya yang ada di Kepanjen. Kemudian beliau aktif khususnya di bidang administrasi pemerintahan di Malang.

Beliau meninggal dunia di Malang pada tanggal 23 Juni 1926, pada umur 76 tahun. Arti penting beliau bagi Malang, dijelaskan secara mendalam dalam artikel-artikel surat kabar pada masa itu.
Peran Pentingnya Bagi Kota Malang
G. Chr. Renardel de Lavalette pertama kali tinggal selama kurang lebih tiga puluh tahun di perusahaan perkebunan Bandoe-Ardjo di Kepanjen. Yang didirikan pada tahun 1889, ia menjadi komisaris di sana, saudaranya Jean menjadi direktur. Setelah itu ia menetap di Malang pada tahun 1912. Beliau adalah pendiri yayasan pensiun anak pegawai, Klinik Lavalette dan sekolah Frobel, salah satu pendiri Pondok (Loji) Freemason di Malang. Juga Persatuan Pekebun Malang (yang kemudian menjadi presiden). Stasiun Percobaan, komisaris dari Javasche Bank, anggota dewan daerah Pasuruan, anggota dewan kota Malang, dan anggota kehormatan societeit Concordia.
Bersama beberapa orang lainnya, sebagai anggota dewan kota, ia meminta kepada pemerintah agar Malang diberikan pemerintahan yang mandiri. Yang dicapai dalam Staatsblad 1914 nomor 297. Dalam pidato pembukaan ketua dewan pada tanggal 6 April 1914, disebutkan beberapa prestasinya, antara lain pembangunan pipa air minum. Panitia penyediaan air minum dibentuk pada tanggal 19 Juli 1915. Sistem saluran pembuangan dan pembangunan pasar baru Malang. Disebutkan juga karyanya dalam pengelolaan harian pemakaman umum. Karya lain di Juliana Foundation, dan ia pernah menjadi anggota panitia pasar dan panitia keindahan. Pada tanggal 21 Februari 1918, ia mengundurkan diri dari dewan kota karena usianya telah mencapai 70 tahun. Dalam pertemuan itu, G.Chr. Renardel de Lavalette diminta pendapatnya, tentang usulan pemberian nama jalan dengan namanya di salah satu lingkungan baru. Dia mengatakan pada saat itu: “Saya menganggap lebih baik membiarkan nama jalan di lingkungan baru tidak diubah“.
Gubernur General Dirk Fock mengunjungi Malang pada tanggal 12 September 1922. Dimana ia mengunjungi berbagai institusi, termasuk klinik Lavalette. Ia diterima oleh direktur dan anggota dewan Malang lainnya. Diantaranya Fransen van de Putte (sekretaris Asosiasi Perawat Malang), Gogelein, Van Baak dan Punt. Tropenmuseum Amsterdam memiliki album yang dipersembahkan kepada G.G. pada kesempatan itu, yang juga berisi rekaman klinik Lavalette pada tahun 1922. Diterima di Stasiun Percobaan (Proefstation) Malang oleh Gerrit Christiaan, dalam jabatannya sebagai ketua Asosiasi Stasiun Percobaan Malang. Rumah sakit tersebut digambarkan sebagai berikut : “Kompleks bangunan yang luas telah disurvei; para wanita menyetujui tata letak klinik yang praktis, dan sebagai ibu rumah tangga asal Belanda, mereka pasti memperhatikan bahwa segala sesuatunya sangat bersih dan dirawat hingga ke detail terkecil.”
Rumah Sakit Lavalette
Potret Gerrit Christiaan masih terpampang di ruang kerja direktur klinik Lavalette, bersama dengan foto presiden dan wakil presiden Republik Indonesia. Selama kunjungan yang saya lakukan di sana pada tahun 1988, 1990 dan 1992, saya dapat menikmati keramahtamahan para staf. Suasana kolonial yang otentik, menghiasi rumah sakit yang kini sudah tua itu. Awalnya ditujukan hanya untuk para pegawai perkebunan.

Pada tahun 1926, Dewan Kota Malang berjanji untuk mensubsidi klinik tersebut. Sampai saat itu tidak diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu atau khusus diperuntukkan bagi pekerja perkebunan. Subsidi maksimum NLG 1.600 per tahun dengan syarat tersedia sepuluh tempat tidur. Yaitu bagi orang-orang Eropa yang kurang mampu. Saat ini semua orang bisa dirawat disana.
Staf saat ini tampaknya tidak mengetahui asal muasal rumah sakit ini. Sangat mengejutkan bahwa rumah sakit tersebut berhasil mempertahankan nama “Lavalette Kliniek”, meskipun terjadi perang dunia dan dekolonisasi berikutnya. Tulisan “Lavalette Kliniek” masih muncul di fasad rumah sakit. Pada kunjungan saya yang terakhir, rencana pembangunan rumah sakit baru telah diperlihatkan, namun tidak diketahui apakah rencana tersebut sudah dimulai.


Makam Gerrit Christiaan masih ada, makam nomor 177 di pemakaman ‘”Sukun” Malang, namun kondisinya rusak parah. Batu marmer pada kuburan tersebut akhirnya dirusak dan hancur. Seperti yang sering terjadi pada kuburan Eropa (yang masih ada) yang sudah sangat tua. Oleh karena itu, tidak diketahui apa yang terbaca di batu nisan itu. Diketahui pada hari pemakamannya, residen Gerard Renardel de Lavalette, sebelum peti mati ditutup dan diturunkan, menyematkan hiasan kerajaannya (Salib Perwira Ordo Oranye-Nassau) di dadanya. Ada animo yang besar selama pemakamannya, ‘”empat puluh mobil ikut serta dalam prosesi“. Direktur klinik Lavalette saat itu, M. Vlierboom, menjadi salah satu pembicara. De Lavalette dianggap sebagai salah satu pendiri kotamadya Malang atau setidaknya pemerintahan mandiri yang diterima Malang berkat dirinya. Jandanya, Aaltje Renardel de Lavalette-Mollet, meninggal tiga belas tahun setelah suaminya di Malang pada tanggal 20 Januari 1936. Ia dimakamkan di kuburan yang sama dengan mendiang suaminya.

Jika ada yang punya informasi lebih lanjut tentang kehidupannya, atau potret/foto tentang Gerrit Christiaan atau saudaranya Jean dari Lawang, atau foto lama dan informasi tentang klinik Lavalette, saya akan dengan senang hati membantu.
Dikutip dan diterjemahkan dari tulisan Rob van de Ven Renardel de Lavalette, Rupelstraat 56 5704 AXE Helmond, telp 0492 – 51 33 62. Pada majalah Moesson, No. 12, terbitan 12 Juni 1997.
Sumber: Oosthoekbode 23-6-1926 dan 24-6-1926 Nieuwe Soerabaja Courant 24-6-1926, Kronik 1925-1929, Arsip Keluarga Banda.