Saya bertanya apakah dia tahu nama Ledeboer. Dia adalah seorang penanam di Oosthoek Jawa. Saya mengetahuinya dan sepertinya tidak mustahil bagi saya, bahwa dia telah melakukan kontak dengan Ledeboer. Jadi saya menjulurkan telinga saya. Sejarah budi daya perkebunan yang ada di Jawa Timur, kurang mendapat perhatian. Tong-Tong mungkin bisa memberikan sedikit informasi lagi mengenai hal itu. Jadi…

“Yah, kalau saja aku mengenal mereka. Bernard dan Aat keduanya. Saya telah menjadi administrator di lahan mereka Wadung Barat. Bagaimana saya berhubungan dengan mereka adalah sebuah cerita tersendiri. Hal itu disebabkan oleh suatu perkara kecil yang saya alami, di sebuah perusahaan di kawasan Semeru Selatan. Dan kebetulan disaksikan oleh seorang kenalan baik Ledeboer. Tampaknya saya telah menyelesaikan masalah tersebut dengan cara yang benar, mengingat konsekuensi luas yang ditimbulkannya bagi saya.”

Suatu hari saya dipanggil oleh kepala administrator, yang memberi tahu saya bahwa dia menerima surat dari Bernard Ledeboer. Yang berisi pertanyaan tentang saya, sehubungan dengan “rencana yang dia miliki untuk saya!”

Kepala administratorku tidak tahu rencananya, tapi dia merasa adil untuk memberitahuku. Saya sendiri tentu saja ingin tahu apa yang tuan Ledeboer inginkan dari saya. Dengan izin dari kepala administrator, saya menulis secara pribadi kepada Bernard Ledeboer dan bertanya apa rencananya dengan saya.

Jawabannya datang dengan sangat cepat dan adalah: “Saya bermaksud menawarkan anda administrasi perusahaan Wadung Barat. Tetapi saya ingin mengenal anda terlebih dahulu. Dan karena saya pikir anda juga ingin, anda datang dulu dan melihat Wadung Barat seperti apa. Saya harap anda datang kepada saya sesegera mungkin.”

Ketika saya sudah bisa membebaskan diri beberapa hari kemudian. Saya memutuskan untuk segera memanfaatkan undangan tersebut dan pergi ke Wadung Barat.

Ledeboer berkeliling ditanah miliknya dengan saya. Perusahaan kecil Lidah di Wadung Barat yang terletak di wilayah Genteng. Wadung Barat sendiri saya teliti dengan cermat dan kemudian muncul keseriusan. Sepertinya ide yang bagus bagi saya, ada pekerjaan perintis yang harus dilakukan di sini dan itu selalu menarik bagi saya. Jadi saya sebenarnya menantikannya, tapi harus ada diskusi serius tentang kondisinya. Semuanya apa yang harus dilakukan, dicatat dengan tepat dalam surat pengangkatan saya.

Sayangnya, kami tidak dapat menyetujui kesepakatan tersebut. Saya pikir itu memalukan dan Ledeboer berkata terus terang. Bahwa dia juga akan merasa malu, jika berakhir seperti itu. Terjadi keheningan sesaat dan beberapa pemikiran lagi. Hari sudah malam dan tiba-tiba Ledeboer berkata: “Apakah kamu punya teman baik yang tinggal tidak jauh dari sini?”

Saya punya seseorang yang pernah menjadi bosku, jadi justru pria itulah yang diinginkan Ledeboer.

“Kita akan segera ke sana, serahkan kasusnya padanya, lalu dia harus menjadi arbiter (wasit/penengah) nya. Kami setuju bahwa kami berdua akan menerima keputusannya. Baguskah?” Itu tidak terasa aneh bagiku dan segera kami berangkat. Administrator sudah tidur. Lampu listrik telah dimatikan, jadi itu adalah cerita dalam keremangan malam. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa wasit segera turun dari tempat tidur. Menyalakan lampu temploh, meletakkan botol minuman dan gelas anggur di atas meja. Seperti kebiasaan di Hindia kuno yang baik, tanpa merasa tidak senang dengan kunjungan malam hari. Bertanya sebagai tuan rumah yang menawan : “Minum?”

“Kami sebenarnya di sini bukan untuk minum-minum, tapi anda harus menjadi penengah dalam perselisihan kami.”

Jaap, begitulah namanya, menurutku itu luar biasa.

Seperti Sulaiman yang bijaksana, dia duduk di kursi goyangnya dengan penuh wibawa dan mendengarkan apa yang kami katakan.

Saya ditabrak di sana-sini dan Ledeboer juga terdorong ke tempat lain — secara kiasan seperti itulah.

Dan ketika Sulaiman, alias Jaap, telah mengumumkan dan merangkum keputusannya, saya langsung terhibur ketika saya ditunjuk sebagai administrator Wadung Barat!

Larut malam Ledeboer dan saya berkendara pulang. Masalahnya telah diselesaikan.

“Begitulah cara orang seperti Ledeboer mempekerjakan staf!”

Oleh : MIES ROELOFSMA, Majalah Tong Tong, 30 Agustus 1960.

Postingan Terkait :

Ber Ledeboer, Pemburu Legendaris yang Terbunuh Gajah Afrika

Siapa yang Menembak Harimau itu?

404 Not Found

Not Found

The requested URL was not found on this server.

Additionally, a 404 Not Found error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.