Arema
Bowo adalah seorang pemuda “Arema” yang pernah berfoto dengan Presiden Amerika terkenal, John F. Kennedy (JFK). Dia mungkin satu-satunya pemuda Indonesia, yang pernah diterima secara pribadi oleh presiden JFK dan berfoto bersama. Sebuah “foto bersejarah” bertanggal 20 Juli 1963 membuktikan hal ini, nampak tergambar dalam foto keduanya saling tersenyum lebar. Foto ini diambil oleh Pierre Salinger, Sekretaris Pers Kepresidenan, dengan kamera Bowo sendiri saat kunjungan tak terduga tersebut.
Penjepit Dasi
Kisahnya dimulai pada hari Kamis, 18 Juli 1963, ketika 2.500 mahasiswa American Field Service (AFS) disambut oleh Kennedy di Taman Bunga Mawar (Rose Garden) di Gedung Putih. Karena kekaguman yang berlebihan, para mahasiswa itu berusaha mengerumuninya.

Bowo Soerjosoedarmo dari Malang Indonesia – teman-temannya memanggilnya “Bo” – ada di antara mereka. Pemuda berusia 19 tahun ini, melihat Presiden mencoba membetulkan penjepit (pin) dasi yang terlepas akibat hiruk-pikuk itu.
“Pada saat yang mendebarkan itu,” katanya dalam sebuah catatan kepada Presiden kemarin. ”Saya tidak dapat mengendalikan diri dengan baik, tanpa berpikir panjang saya mengambil penjepit dasi Bapak.”
Seperti para pemburu cinderamata di seluruh dunia, “Bo” muda awalnya sangat gembira dengan pialanya. Namun kemudian dia mulai merasa menyesal. Pertama-tama, jepitan dasi yang didapatnya bukanlah salah satu dari jenis yang sudah dikenalnya, yang berbentuk seperti kapal torpedo PT-109. Model yang dibagikan oleh Kennedy dan timnya di Gedung Putih kepada para pengunjung dan para pemilih.
Yang ini terbuat dari emas dengan batu-batu hijau, dengan nilai yang tidak diketahui, tapi yang pasti sangat berharga. “Saya takut istri atau orang tuanya yang memberikannya,” kata pemuda itu.
Bowo kemudian menghubungi Gedung Putih dan berencana mengembalikan penjepit dasi tersebut kepada Presiden. Presiden JFK sangat antusias mendengar kabar penjepit dasinya akan dikembalikan dan mengundang Bowo secara pribadi. Pemuda Arema ini bertemu JFK pada tanggal 20 Juli 1963. Ia mendapatkan hadiah yang pantas : wawancara pribadi dengan Presiden, berfoto bersama, serta souvenir penjepit dasi PT-109 langsung dari tangan Presiden Amerika.


KISAH JOHN F. KENNEDY DAN PT-109
Pertemuan Letnan John F. Kennedy dengan kapal perusak Jepang pada malam 1 Agustus 1943, mungkin merupakan pertempuran kapal kecil paling terkenal dalam sejarah angkatan laut Amerika, dan itu merupakan bencana yang tidak dapat dihindari.
Di kemudian hari, ketika diminta menjelaskan bagaimana ia menjadi pahlawan, Kennedy menjawab singkat, “Itu tidak disengaja. Mereka menenggelamkan kapal saya.”
Penyergapan Yang Gagal
Di Selat Blackett, sebelah selatan Kolombangara di Kepulauan Solomon, malam tanpa bintang dan bulan pada tanggal 1 Agustus 1943, sangat gelap. Kegelapan pekat seperti ini dapat menimbulkan efek yang membingungkan, bahkan bagi pelaut yang berpengalaman.
PT-109 berdiri di posisinya, salah satu dari lima belas kapal PT (Patrol Torpedo) yang telah berangkat untuk menyerang, merusak, dan bahkan mungkin memukul mundur “Tokyo Express” yang terkenal itu. Pasukan AS memberi nama itu pada konvoi pasokan rutin milik angkatan laut Jepang, untuk para prajurit yang melawan kemajuan pasukan AS di pulau-pulau di selatan.

Ketika patroli itu benar-benar melakukan kontak dengan Tokyo Express—tiga kapal perusak Jepang bertindak sebagai pengangkut dengan kapal keempat bertugas sebagai pengawal—pertemuan itu tidak berjalan dengan baik. Tiga puluh torpedo ditembakkan tanpa merusak kapal-kapal Jepang. Tidak ada kapal AS yang terkena tembakan atau korban. Kapal-kapal yang telah menghabiskan semua torpedo mereka diperintahkan pulang. Beberapa kapal yang masih memiliki torpedo tetap berada di selat untuk mencoba lagi.
Tabrakan
PT-109 adalah salah satu kapal yang tertinggal. Letnan Kennedy menyatukan kapalnya dengan dua kapal lainnya, PT-162 dan PT-169. Ketiga kapal menyebar untuk membuat garis piket di seberang selat. Sekitar pukul 2:30 pagi, sebuah bentuk muncul dari kegelapan tiga ratus meter dari haluan kanan PT-109. Letnan muda dan krunya awalnya mengira itu adalah kapal PT lainnya. Ketika menjadi jelas bahwa itu adalah salah satu kapal perusak Jepang, Kennedy mencoba berbelok ke kanan untuk mengarahkan torpedonya. Namun, tidak ada cukup waktu.

Kapal perusak itu, yang kemudian diidentifikasi sebagai Amagiri, menghantam PT-109 tepat di depan tabung torpedo kanan depan, merobek sisi kanan buritan kapal. Benturan itu melemparkan Kennedy ke sekeliling kokpit. Sebagian besar awak kapal terlempar ke air. Satu orang di bawah dek, teknisi Patrick McMahon, secara ajaib selamat, meskipun ia terbakar parah oleh bahan bakar yang meledak.
Kekhawatiran bahwa PT-109 akan terbakar, membuat Kennedy memerintahkan orang-orang yang masih berada di bangkai kapal untuk meninggalkan kapal. Namun, gelombang kapal perusak tersebut menyebarkan bahan bakar yang terbakar, dan ketika api mulai mereda, Kennedy mengirim orang-orangnya kembali ke sisa-sisa kapal. Dari reruntuhan kapal, Kennedy memerintahkan orang-orang yang bersamanya, Edgar Mauer dan John E. Maguire, untuk mengidentifikasi lokasi rekan-rekan awak mereka yang masih berada di dalam air. Leonard Thom, Gerard Zinser, George Ross, dan Raymond Albert berhasil berenang kembali sendiri.
Kennedy berenang ke McMahon dan Charles Harris. Kennedy menarik McMahon yang terluka dengan tali rompi pelampung, dan secara bergantian membujuk dan memarahi Harris yang kelelahan agar membantunya melewati renang yang sulit. Sementara itu, Thom menarik William Johnston, yang lemah karena bensin yang tidak sengaja ditelannya dan asap tebal yang ada di air. Akhirnya Raymond Starkey berenang masuk dari tempat ia terlempar karena guncangan. Terapung di atas dan di sekitar bangkai kapal, para kru mengamati.

Harold Marney dan Andrew Jackson Kirksey menghilang dalam tabrakan tersebut, kemungkinan besar tewas saat terjadi benturan. Semua awak kelelahan, dan beberapa terluka, dan beberapa lainnya jatuh sakit karena asap bahan bakar. Tidak ada tanda-tanda kapal atau perahu lain di area tersebut. Awak kapal takut untuk menembakkan senjata suar mereka karena takut menarik perhatian orang Jepang yang berada di pulau-pulau di semua sisi. Meskipun bangkai kapal masih mengapung, kapal tersebut kemasukan air, dan terbalik pada pagi hari tanggal 2 Agustus.
Setelah berdiskusi mengenai pilihan, orang-orang itu meninggalkan sisa-sisa PT-109 dan berangkat menuju pulau kecil yang berjarak tiga setengah mil.
Mencari Pulau
Kennedy pernah menjadi anggota tim renang di Harvard, saat menarik McMahon dengan sabuk yang dijepit di giginya, ia tidak gentar menghadapi jarak tersebut. Beberapa orang lainnya juga perenang yang baik, tetapi beberapa tidak; dua orang, Johnston dan Mauer, sama sekali tidak bisa berenang. Dua orang terakhir ini diikat ke papan yang ditarik dan didorong oleh tujuh orang lainnya semampu mereka.
Kennedy tiba pertama kali di pulau itu. Pulau itu bernama Plum Pudding, tetapi para awak menyebutnya Pulau “Bird” (burung) karena kotoran burung yang melapisi semak-semak. Karena kelelahan, Kennedy harus dibantu naik ke pantai oleh orang yang telah ditariknya. Ia pingsan dan menunggu kru lainnya. Namun, renang Kennedy belum berakhir.

Karena khawatir dengan tongkang Jepang yang lewat di dekatnya, Kennedy memutuskan untuk berenang ke Lintasan Ferguson (Ferguson Passage), yang dilewati kapal-kapal PT Amerika saat beroperasi di Selat Blackett. Berpindah-pindah pulau dan berpegangan pada terumbu karang, Kennedy berjalan ke lintasan tersebut, di mana ia mengapung di air selama satu jam sebelum memutuskan bahwa kapal-kapal PT sedang beraksi di tempat lain malam itu.
Perjalanan pulang hampir membunuhnya karena arus yang kuat memutarnya ke Selat Blackett dan kemudian kembali ke Lintasan Ferguson. Melakukan perjalanan yang melelahkan lagi, Kennedy berhenti di Pulau Leorava, di tenggara Pulau Bird, di mana ia tidur cukup lama untuk memulihkan diri untuk perjalanan terakhir. Kembali ke Pulau Bird, Kennedy tidur sepanjang hari tetapi juga membuat Ross berjanji untuk melakukan perjalanan yang sama malam itu. Namun sayangnya, Ross juga tidak melihat tanda-tanda kapal PT.
Mencari Jalan Pulang
Pada tanggal 4 Agustus, Kennedy memimpin para awak kembali ke laut, berangkat menuju Pulau Olasana dengan harapan menemukan makanan dan air tawar, tetapi juga berusaha mendekati Lintasan Ferguson. Kennedy kembali menarik McMahon dengan tali rompi pelampungnya sementara kru lainnya berkumpul di sekitar papan dan berjuang keras untuk melewatinya.
Pulau Olasana ternyata mengecewakan. Kelapanya lebih banyak tetapi menimbulkan efek yang memuakkan bagi sebagian orang. Mereka tidak menemukan air tawar, dan mereka terlalu khawatir dengan patroli Jepang untuk menjelajahi lebih dari sekadar sudut kecil pulau yang lebih besar ini.
Ketika malam tanggal 4 Agustus berubah menjadi basah dan dingin, Kennedy memutuskan untuk mencoba pulau berikutnya pada hari berikutnya. Pulau Naru adalah pulau terakhir dalam rangkaian pulau, dan pantai timurnya menghadap ke Lintasan Ferguson. Kennedy dan Ross naik ke pantainya sedikit setelah tengah hari pada tanggal 5 Agustus.
Karena takut dengan patroli musuh, kedua pria itu melangkah hati-hati melewati semak-semak tetapi hanya melihat bangkai kapal Jepang kecil di terumbu karang. Di pantai, mereka melihat sebuah kotak kecil dengan label Jepang. Ketika mereka membukanya, mereka senang menemukan bahwa kotak itu berisi permen Jepang. Yang lebih hebat lagi, sedikit lebih jauh ke atas pulau, mereka menemukan kaleng air dan sebuah kano yang bisa dinaiki satu orang tersembunyi di semak-semak.
Setelah minum, Kennedy dan Ross berjalan kembali ke pantai ketika mereka melihat dua orang di bangkai kapal Jepang. Orang-orang itu, yang jelas penduduk pulau, ketakutan dan mendayung menjauh dari bangkai kapal dengan kano, meskipun Kennedy berteriak. Malam itu Kennedy membawa kano ke Lintasan Ferguson sekali lagi, lagi-lagi tanpa melihat satu pun kapal AS.
Kennedy memutuskan untuk membawa kano kembali ke Olasana; ia berhenti cukup lama untuk mengambil permen dan air untuk dibawa ke orang-orang lain, meninggalkan Ross untuk beristirahat sampai keesokan paginya. Sesampainya di Olasana, Kennedy menemukan bahwa dua orang yang ia dan Ross lihat di Naru telah melakukan kontak dengan kru lainnya. Kedua orang itu, Biuku Gasa dan Eroni Kumana, adalah pengintai pulau untuk Sekutu. Keberangkatan mereka yang tergesa-gesa dari Naru membuat mereka lelah dan haus, dan mereka berhenti untuk membeli kelapa di Olasana, tempat Thom berada.
Keesokan paginya, 6 Agustus, Kennedy kembali bersama Gasa dan Kumana ke Naru, mencegat Ross di sepanjang jalan saat ia berenang kembali. Penduduk pulau itu menunjukkan kepada kedua orang Amerika itu tempat sebuah kapal disembunyikan di Naru. Kennedy bingung mencari cara untuk mengirim pesan, tetapi Gasa menunjukkan kepadanya cara menggoreskan beberapa kata ke dalam kulit kelapa hijau.

Gasa dan Kumana meninggalkan pesan—
NAURO ISL
COMMANDER . . . NATIVE KNOWS
POS’IT . . . HE CAN PILOT . . . 11 ALIVE
NEED SMALL BOAT . . . KENNEDY
Artinya kurang lebih :
KOMANDAN NAURO ISL
. . . PENDUDUK ASLI TAHU POSISINYA . . . DIA BISA MEMANDU . . . 11 HIDUP
BUTUH PERAHU KECIL . . . KENNEDY
Saat mereka menunggu pertolongan, Kennedy bersikeras untuk pergi bersama Ross ke Lintasan Ferguson dengan kano dua orang. Ombak besar menenggelamkan kano dan menghantam mereka sehingga mereka nyaris tidak berhasil kembali ke Naru. Namun keesokan paginya, 7 Agustus, delapan penduduk pulau muncul di Naru tak lama setelah Kennedy dan Ross bangun. Mereka membawa makanan dan instruksi dari pengawas pantai Sekutu setempat, Letnan A. Reginald Evans, yang memerintahkan Kennedy untuk datang ke pos Evans.
Berhenti cukup lama di Olasana untuk memberi makan awak kapal, penduduk pulau itu menyembunyikan Kennedy di bawah tumpukan daun palem dan mendayungnya ke Pulau Gomu di Selat Blackett. Sore hari tanggal 7 Agustus, enam hari lebih sedikit setelah tenggelamnya PT-109, Kennedy melangkah ke Gomu. Masih ada rencana penyelamatan dengan Evans, bukan hal yang mudah di perairan yang dikuasai musuh, tetapi cobaan terburuk PT-109 sudah berakhir.
Operasi Penyelamatan
Evans telah memberi tahu komandannya tentang penemuan korban selamat PT-109, dan komandan pangkalan mengusulkan untuk mengirim misi penyelamatan langsung ke Olasana. Kennedy bersikeras agar dijemput terlebih dahulu sehingga ia dapat memandu kapal penyelamat, PT-157 dan PT-171, di antara terumbu karang dan perairan dangkal di gugusan pulau.
Pada larut malam tanggal 7 Agustus, kedua perahu bertemu Kennedy di titik pertemuan, saling memberi sinyal empat tembakan yang telah diatur sebelumnya. Revolver Kennedy hanya tersisa tiga peluru, jadi ia meminjam senapan dari Evans untuk tembakan keempat. Kennedy berdiri di kano untuk memberi sinyal, tetapi tidak mengantisipasi hentakan senapan, yang membuatnya kehilangan keseimbangan dan menjatuhkannya ke dalam air. Seorang letnan Angkatan Laut yang basah kuyup dan sangat jengkel naik ke atas PT-157.
Kapal-kapal PT menyeberangi Selat Blackett di bawah arahan Kennedy dan bergerak perlahan menuju Pulau Olasana pada pagi hari tanggal 8 Agustus. Semua awak PT-109 yang kelelahan tertidur. Kennedy mulai berteriak memanggil mereka, yang membuat para penyelamatnya kesal, yang merasa khawatir dengan dekatnya pasukan Jepang. Namun, penyelamatan berjalan lancar, dan awak PT-109 mencapai pangkalan AS di Rendova pada pukul 5:30 pagi tanggal 8 Agustus.
Atas keberanian dan kepemimpinannya, Kennedy dianugerahi Navy and Marine Corps Medal, dan cedera yang diderita selama insiden tersebut juga membuatnya memenuhi syarat untuk mendapatkan Purple Heart. Letnan Leonard Thom juga menerima Navy and Marine Corps Medal. Namun bagi John F. Kennedy, konsekuensi dari peristiwa tersebut lebih luas daripada sekadar penghargaan.
Kisah ini diangkat oleh penulis John Hersey, yang menceritakannya kepada para pembaca The New Yorker dan Reader’s Digest. Kisah ini mengikuti Kennedy ke dunia politik dan memberikan dasar yang kuat bagi daya tariknya sebagai seorang pemimpin.
Sumber : historicimages.com dan www.jfklibrary.org
Catatan Tambahan :
- Belum diketahui siapa sebenarnya Bowo Soerjosoedarmo pemuda Arema ini, baik catatan karir atau apakah beliau masih hidup atau tidak.
- Tidak lama setelah bertemu dengan Bowo ini, pada tanggal 22 November 1963, JFK tewas dibunuh di Dallas Texas.
Postingan Terkait :
Ben Stom – Pemain Timnas Sepakbola Belanda Kelahiran Malang
Mengungkap Sosok Leber – Ilmuwan dan Tokoh Kemanusiaan di Malang Yang Disingkirkan
Tokoh Dibalik Kesuksesan NIMEF Di Kendalpayak Malang, Berakhir Tragis Di Kamp Interniran Jepang