Johan Hilgers, atau dikenal juga sebagai Jan Hilgers atau John Hilgers, nama aslinya : Johan Willem Emile Louis Hilgers, lahir pada tanggal 19 Desember 1886, di Probolinggo, Jawa Timur. Putra dari pasangan Johannes Franciscus Hilgers dan Louisa Pheiffer, dan merupakan putra tertua dari lima bersaudara.
Karena melumpuhkan kuda kesayangan kakeknya, kakeknya lantas mengirimnya ke Belanda sebagai hukuman.
Di sana ia pertama kali belajar di Sekolah Teknik di Amsterdam. Kemudian bergabung dengan perusahaan mobil milik Verwey dan Lugard di Laan van Nieuw Oost-Indië di Den Haag. Verwey menyewa dua lahan yang akan digunakan sebagai pangkalan udara; satu di dekat Soesterberg dan satu lagi di dekat Ede di Doesburgerheide.
Ketika Verwey mendengar bahwa ada rencana untuk mengadakan demonstrasi penerbangan di dekat Heerenveen pada akhir Juli 1910. Dia memutuskan untuk mengadakan uji terbang sendiri, karena dia ingin menjadi yang pertama melakukan hal tersebut. Dia lantas membutuhkan Hilgers untuk itu.
Faktanya bahwa Hilgers saat itu masih mengikuti pelajaran terbang (belum mempunyai lisensi) di pabrik pesawat Blériot di Prancis,. Namun hal ini bukan merupakan suatu halangan. Hilgers langsung datang kembali ke Belanda.
Pesawat tersebut, Blériot-XI (tipe yang sama dengan yang digunakan Blériot untuk melakukan penerbangan Channel pertama pada tahun 1909), baru akan tiba di Ede pada tanggal 28 Juli. Waktunya hampir habis. Blériot-XI segera dirakit di hanggar, dibuat dengan tergesa-gesa dari peti tempat pesawat diangkut, begitulah yang dilakukan pada saat itu.
Verwey telah memberitakan kepada pers, unit militer dan sipil di garnisun dan pemerintah kota. Pada tanggal 29 Juli 1910, beberapa ratus penonton berkumpul ketika Hilgers menyalakan mesin Anzani tiga silinder 25 hp (18,7 kW). Malam itu, Hilgers menjadi orang Belanda pertama yang melakukan uji terbang di atas negeri Belanda.
Pada awal uji terbang ketiga, baling-balingnya tiba-tiba berhenti. Hilgers melompat keluar dari Blériot-XI-nya dan menyalakan mesinnya lagi. Perangkatnya mulai bergerak. Dan yang mengejutkan semua orang, dia merunduk di bawah sayap, naik kembali ke kokpit melalui bagian ekor dengan posisi merangkak, dan kemudian lepas landas. Begitu dia mendarat, dia disambut oleh penonton yang sangat antusias.
Keesokan harinya di Heerenveen, penerbang Van Maasdijk tetap mengudara selama satu menit enam belas detik, namun Van Maasdijk telah kehilangan peluang menjadi yang pertama. Tidak diragukan lagi Hilgers adalah orang Belanda pertama sendiri yang terbang di atas wilayah Belanda. Seorang anak laki-laki Hindia yang baru mendapatkan lisensinya tiga belas bulan kemudian.
Pada tahun 1912, Hilgers bergabung dengan Fokker (kelahiran Blitar, Jawa Timur). Dia memberikan demonstrasi terbang untuk Fokker di Rusia, ditemani oleh pemilik Fokker-Spin, Baroness Von Leitner. Beberapa bahkan mengklaim, bahwa bisa jadi dia merupakan orang pertama yang terbang di atas Rusia.
Atas instruksi Fokker juga Hilgers kembali ke Hindia pada tahun berikutnya, pada tahun 1913, untuk melakukan demonstrasi terbang di sana. Dia menggunakan dua pesawat monoplane Fokker, satu dilengkapi dengan mesin Argus 100 hp (73,6 kW) dan satu lagi dengan Renault 80 hp (58,8 kW). Namun, uji penerbangannya di Hindia tidak semuanya berhasil. Yang pertama misalnya, tanggal 20 Pebruari 1913, hampir menjadi yang terakhir, ketika setelah beberapa putaran di ketinggian sekitar enam ratus meter, ia jatuh di perkampungan Baliwerti di Surabaya, sehingga menyebabkan kecelakaan pesawat pertama di Hindia.
Untuk sementara waktu, ada anggapan bahwa terbang di atas Hindia adalah hal yang mustahil. Udaranya dianggap lebih ringan dibandingkan di Eropa, kondisi atmosfernya kurang mendukung, sehingga sulit untuk lepas landas. Terlebih lagi, area pendaratannya sangat buruk. Jika anda memiliki area awal yang baik, masih memiliki peluang bagus untuk berakhir di sawah, jika terjadi keadaan darurat. Hilgers mengalaminya secara langsung saat ia tenggelam di rawah bersama seorang penumpang di dekat Semarang.
Setelah sempat beberapa lama bekerja sebagai mekanik di pabrik gula karena keterbatasan keuangan, ia diberi pekerjaan sebagai instruktur mekanik, ketika KNIL mendirikan departemen uji pesawat.
Hilgers menikah dengan Blijenburg Anna Sophia di Bangil, pada 27 September 1931. Mereka mempunyai 5 orang anak perempuan dan 1 orang laki-laki : Croon, Fien, Ada, Bea, Laura and Maurits.
Hilgers terus terbang hingga pendudukan Jepang. Pada tanggal 21 Juli 1945, ia meninggal dalam usia 58 tahun, di kamp interniran Jepang di Ngawi. Namun sayangnya lokasi makamnya tidak diketahui, dan penyebab kematiannya diduga karena kelaparan.
Untuk mengenang jasanya sebagai pionir penerbangan di Belanda, sebuah monument batu berbentuk sayap pesawat, diresmikan pada 22 Oktober 1955, di Ede Belanda.
Dikutip dan diedit dari teks : Marjolein van Asdonck, majalah Moesson, edisi 1 Juli 1998.