Victor Hugo Bellel… alias “Kid Bellel” adalah juara tinju Indonesia hingga tahun 1970-an. Petinju yang tenang dan lembut dengan kekuatan dinamis di tinjunya.

Setelah Fighting Mieck (Bandung), Fighting Lee (Surabaya)… dan kemudian juara tinju Indonesia terakhir di tahun 1975. Dialah Kid Bellel, kini tinggal di Heerlen, Limburg (Belanda). Berusia 64 tahun (di tahun 1998), masih kokoh dan cepat, orang Surabaya yang sejati, namun dilupakan banyak “teman”.

Fighting Mieck (Bandung)
Fighting Lee (Surabaya)

Setelah sekitar dua jam perjalanan dari Zoeter-meer kami tiba di Heerlen. Saya membunyikan bel dan nyonya Bellel yang membuka pintu. Kami segera minum kopi dan mulai membicarakan masa lalu. Setelah perkenalan yang baik, saya bertanya kepadanya, apakah saya bisa memulai wawancara saya. Dia mengangguk setuju, menyesap kopi lalu duduk dengan nyaman. Anda bisa melihatnya, dia sangat santai, sang juara tua!

Victor Hugo Bellel alias Kid Bellel, di Heerlen, Limburg ( Belanda) Tahun 1998.

Segera saya membayangkan kembali masa lalu, saya adalah seorang anak laki-laki berusia sekitar empat belas tahun. Saya mencuri hampir semua poster dari dinding di Surabaya, untuk pertandingan antara Kid Bellel melawan A’Tjong atau Bobby Njoo. Atau MS Pagi dan bahkan lebih banyak lagi petinju dari Singapura atau Manila. Kid Bellel, saat itu masih seorang petinju muda yang pemberani, bertubuh atletis dan berotot. Sangat cepat dalam melakukan pukulan dan menangkis, serta mampu menerima pukulan dengan baik. Terkadang seolah-olah dia memiliki dasar dari seni bela diri lain.

Beberapa minggu sebelum pertandingan seperti itu, ada banyak pembicaraan tentang Kid, dan tentu saja cerita tentang siapa paling hebat dan terkuat.

Saya pernah diijinkan pergi bersama om Ben Rohi ke rumah anak-anak di jalan Semarang, dekat Pasar Turi. Melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana Kid berlatih dan kemudian melakukan sparring. Betapa gembira dan bangganya, hingga lutut saya gemetar. Tidak ada satupun teman saya yang mempercayai cerita ini, dan mereka semua mengira saya hanya mengada-ada. Entah bagaimanapun memang sepertinya tidak masuk akal. Saya sendiri hampir tidak bisa mempercayainya. Mana mungkin bisa mengunjungi Kid Bellel?

Wawancara

Kapan anda mulai bertinju dan siapa guru (pelatih) anda?

Begini, ayah saya dirawat di rumah sakit di Siam (Thailand) setelah Perang Dunia II. Ibu saya, saudara laki-laki, saudara perempuan dan saya kemudian diizinkan untuk berkunjung untuk menjemput ayah saya. Namun semasa kami di Siam, ternyata ayah saya belum diperbolehkan kembali ke Hindia (Belanda). Sehingga kami harus tinggal di Siam selama hampir satu tahun.

Ada sasana tinju di kamp tempat kami tinggal dan itu sangat menarik bagi saya. Ketika saya bertanya, apakah saya juga bisa belajar tinju, saya ditolak karena saya masih terlalu muda. Saya berumur dua belas tahun saat itu. Saya sedang mencari pekerjaan di sasana tinju, dan saya harus membantu merapikan dan bersih-bersih. Saat istirahat, saya mendekati “sansak” dan mulai memukul dan memukul terus sambil berlari.

Suatu hari ketika saya sedang memukuli sansak seperti itu. Jack Neal (yang kemudian menjadi guru/pelatih saya) berdiri di belakang saya dan melihat saya sedang memukul. Dia mengamatiku dan setelah beberapa saat dia bertanya, “Mengapa kamu tidak ikut berlatih tinju saja?”

Ketika saya mengatakan kepadanya, bahwa saya ditolak karena masih terlalu muda. Dia tertawa dan berkata, “Datanglah lagi besok, aku akan memberi kamu pelajaran tinju!”

Jack Neal, seorang Negro Amerika, menjadi guru tinju saya.

Itulah awal mimpiku. Saya mempelajari bagaimana waktu (timing) untuk menghindar dan memukul.

Berapa lama anda menjadi juara dan di kelas apa?

Dari tahun 1957 hingga 1975 dalam kelas Welter.

Siapa lawan terberat anda?

Riki Waldo dari Amerika. Dia sebenarnya adalah seorang pegulat yang juga petinju yang baik, dan dia jauh lebih besar dan lebih berat dari saya. Teddy Alama juara dari Guam, saya KO di ronde ketujuh, dan tentunya dari Indonesia Bobby Njoo. Saya bertarung melawannya tiga kali dan menang ketiganya dengan KO. A’Tjong adalah orang yang tangguh. Mungkin kamu tidak percaya padaku. Dia adalah temanku!

Bagaimana Fighting Lee… fan Wunderlicht (saya harap saya mengejanya dengan benar) sebagai lawan?

Ya, bukan lawan yang sulit. Dia menyerang pada pertandingan pertama, tetapi saya segera mengambil inisiatif dan menang dengan KO. Di pertandingan kedua saya harus bergerak maju ke arahnya. Jadi dari satu sudut ke sudut lainnya dan di ronde ketiga saya menjatuhkannya.

Kapan anda sebenarnya berhenti bertinju dan mengapa?

Pada tahun 1975. Sebagai juara tak terkalahkan, saya pensiun dari tinju. Saya sudah berusia empat puluhan. Saya pikir delapan belas tahun bertinju sudah cukup.

Apakah anda mempunyai banyak perhatian (penggemar) selama tahun-tahun itu (di Indonesia)?

Ya, Ed, banyak. Terkadang itu juga menjengkelkan. Tentu juga dari para wanita!

Pada tahun berapa anda pergi ke Belanda dan pernah melakukan sesuatu di dunia tinju Belanda?

Tahun 1977, telat ya! Aku menerima telegram dari ibuku di Belanda yang berbunyi : “Hugo, nak, aku melahirkanmu dan aku telah melihatmu tumbuh besar. Sebelum aku memejamkan mata selamanya, aku ingin bertemu denganmu lagi!”

Tanpa komentar, saya kemudian mulai merencanakan untuk pergi ke Belanda.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini. Hanya teman bisnisku. Saya memang pernah didekati oleh berbagai sekolah tinju di Limburg. Namun hal tersebut tidak terlalu sesuai dengan prinsip saya dan juga tidak tepat dengan mentalitas saya!

Apa pendapat anda tentang petinju Belanda dan apa pendapat anda tentang Tuur kita? (Yang dimaksud “Tuur” adalah “Regilio Tuur”, juara dunia tinju dari Belanda)

Pelatihnya memang bagus, tapi saya sering ragu apakah petinju itu benar-benar punya bakat. Tuur melakukan pekerjaan dengan baik. Saya suka petinju yang longgar dan lincah. Sayang sekali aku sudah sangat tua. Saya tidak keberatan bertinju dengan Tuur itu.

Jika anda melihat kembali karir tinju anda seperti ini. Apakah anda ingin melakukannya lagi?

Tentu. Saya akan memulainya lagi. Itu olahraga favoritku.

Yang terbaik Kid Bellel. Terima kasih banyak atas jawaban dan cerita Anda. Saya harap sebagian besar pembaca akan mengingat anda, sang Juara tua. Aku masih bangga padamu dan bagiku kamu tetaplah Jago!

Victor Hugo Bellel alias Kid Bellel

Sumber : Majalah Moesson, Nomor 4, Oktober 1998.

Teks: Ed Brodie, Foto: Inge Rumeser

Catatan Tambahan : Tidak lama setelah wawancara ini di tahun 1998, Victor Hugo Bellel alias Kid Bellel meninggal di rumahnya pada 15 Mei 1999, dalam usia 65 tahun.

Victor Hugo Bellel, meninggal 15 Mei 1999.
Catatan pertandingan Kid Belel hingga tahun 1957.

Artikel Terkait :

Londo Mencari “Ebes” di Malang (Ayah yang Hilang)

Omaku Orang Jawa