Foto bersama, yang menggambarkan pejabat Jepang didampingi tentaranya serta milisi Indonesia yang bersenjata sedang berjaga. Gerbang megah kuil Shinto; torii (type myojin torii), Malang. Tanpa patung atau arca Koimanu, binatang mitologis mirip anjing-singa sebagai pengusir energi negatif. Foto Koleksi National Archief Nedherland, Access number 2.24.04.03 Part number 344-5-4
Saat pendudukan Jepang, sejak 8 Maret 1942 hingga menyerah kalah pada sekutu 14 Agustus 1945. Jepang juga meninggalkan bangunan khas yang sekarang telah hilang/dihilangkan. Kuil Shinto salah satunya.
Pada medio Maret 2017, 2 sejarawan Jepang dan seorang fotografer hadir ke Malang untuk menelusuri keberadaannya. Berdasar informasi dari mantan tentara Jepang yang pernah bertugas di Malang. Konon kuil Shinto tersebut adalah 1 dari 11 yang dibangun di daerah pendudukannya, di Indonesia. Termasuk salah satu dari 1600 jinja di luar Jepang.
Jinja ‘Chiang Nan’, Malang, menurut sejarawan Jepang, Tsuda Yoshiki dari Kanagawa University dan Nakajima Michio dari Japanese Folk Culture. Beserta fotografer Inamiya Yasuto; nama ‘Chiang Nan’ mempunyai makna bahwa Kekaisaran Jepang sebagai penguasa negara-negara di bagian selatan teritorinya.
Jinja tersebut dibangun oleh militer Jepang sebagai rumah ibadat dan doa bagi Dewi Matahari, Amaterasu Omikami atau Ohiru-menomuchi Nokami. Bentuk kekuasaan tertinggi serta representasi/wakil dari Kaisar Jepang, Tenno Heika/Showa Tenno sebagai keturunan Dewi Matahari.
Letak jinja tersebut, sempat menjadi bahan diskusi hangat sejarawan dan pemerhati cagar budaya di Malang sejak lama. Menduga letaknya di dalam dan sekitar Arena Pacuan Kuda, Malang yang kini telah menjadi kawasan sekolah dan perumahan.
“Kajian dari ketiga bahan tersebut;”
1. Kajian pada foto koleksi digital nationaalarchief.nl. Gerbang kuil/jinja (torii) perkiraan bertinggi penyangga kayu lebih dari 8 meter, lebar 7,5 meter, berdiameter 50-60 cm. Bangunan kuil diperkirakan bertinggi puncak bubungan atap hingga elevasi permukaan tanah 14-15 meter. Lebar bangunan jinja yang tampak berkisar 18,5-19 meter. Berdasar perbandingan skala tinggi milisi bersenjata di teras kuil yang diperkirakan bertinggi badan 170 cm. Tanpa dilengkapi arca atau patung ‘Koimanu”; binatang mitologi serupa anjing-singa sebagai pengusir energi/maksud jahat. Vegetasi cemara tampak di latar belakang, pada foto bersama antara prajurit-prajurit Jepang dan milisi bersenjata Indonesia yang berjaga. Dari beberapa foto kuno Malang yang lain, hanya tampak vegetasi pohon cemara. Sengaja ditanam Gemeente Malang di Daendels Boulevard/kawasan Tugu. Serta yang tersisa berjajar hingga kini di sekitar Taman Makam Pahlawan Untung Suropati.
2. Kajian pada peta kuno digital koleksi Monash University, yang menandai lokasi jinja. Hanya peta kuno digital ini yang saya temui menandai lokasi jinja tersebut. Dari sebuah telisik peta kuno Sekutu tahun 1944-1945 yang menginformasikan pusat-pusat kegiatan Jepang oleh NEFIS . Singkatan dari Netherlands East Indies Forces Intelligence Service atau Dinas Intelijen Angkatan Bersenjata Hindia Belanda. Letak jinja tersebut sedikit terkuak, meski beberapa bagian peta kurang sesuai penentuan dan penggambaran bentuk sebuah bangunan atau blok daerah. Fokus perhatian pada penggambaran peta terutama pada lokasi-lokasi strategis untuk konsumsi peperangan dan sarana-sarana pendukungnya.
Pada tengarai, pengamatan peta dan komparasi letak dengan peta terbaru saat ini. Lokasi jinja diperkirakan sekitar kompleks sekolah MIN dan MTsN Malang, Jalan Bandung mempertimbangkan posisi notasi dan keterangan peta ini.
Dari kajian peta, lokasi jinja di utara rel decauville/Jalan Jakarta. Bukan asumsi awal bahwa di selatan rel decauville/lori, yang cenderung pada area Arena Pacuan Kuda!
3. Kajian dari sumber surat kabar Nieuwe Courant, tanggal 29 Agustus 1947, halaman 3 menuliskan kolom berita : “Japanse Tempel te Malang”
Dari Google Translate dapat diartikan :
Di luar Idjen boulevard Malang di alun-alun (taman), selain ruang yang terbakar, rumput tumbuh lagi, adalah kuburan tentara Indonesia.
Di tempat ini memiliki satu-satunya kuil Jepang yang dikenal di Hindia berdiri. Yaitu aktif usulan Jenderal Tanaka, pembenci (bangsa) putih besar dan pendukung total likuidasi Bangsa Eropa dalam sistem Asia Raya dan menetap di Jawa Timur selama beberapa waktu, pada tahun 1944, kuil, yang disebut Djinja, didirikan oleh seorang arsitek Jepang yang terkenal. Kuil, yang benar-benar merupakan karya seni yang unik dibangun dari atasan kayu jati tua dan menjadi satu situs ziarah semua orang Jepang terkemuka di Hindia Belanda.
Selama perayaan dan upacara Djinja adalah fokus parade, pertemuan dan perayaan. Kecuali bahasa Jepang resimen menjalankan prosesi Cina, Arab, Jerman dan Indonesia bersama, dengan naga mereka, tarian mereka dan kostum. Luar biasa
baik, bagaimana perwakilan Jerman sebagai utusan Jerman van Tokijo, Herr von Ott dan de Konsul jenderal Jerman dari Moekden, Herr Ramm dalam kunjungan mereka ke Malang terlepas dari semuanya gertakan dan propaganda berakhir persaudaraan dalam pertempuran, utuh diperlakukan secara terpisah. Para “tamu kehormatan” berdiri di parade jauh dari Jepang otoritas, di sudut mereka sendiri yang terlupakan.
Saat Jepang menyerah, tentara Dai Nippon di(mem)bakar kuil yang indah (ini).
Dari telisik, kajian dan pengamatan vegetasi cemara pada foto, peta kuno 1944-1945 dan dilengkapi berita koran kuno Nieuwe Courant, Surabaya edisi 29 Agustus 1947 tentang Jinja Malang, dapat disimpulkan bahwa lokasi jinja ‘Chiang Nan’ Malang berada di sekitar MTsN-MAN 2 Malang dan besar kemungkinan berada di TMP Untung Suropati Malang!
Lokasi Jinja (kuil Shinto) Malang bukan di salah satu sudut Arena Pacuan Kuda, tetapi di utara rel decauville/lori PG Keboen Agoeng, yang melintas sejajar sepanjang selatan/timur Jalan Jakarta.
Kajian ini semoga memacu semangat sejarawan/pemerhati sejarah Malang lain untuk melakukan penelitian lanjutan bila diperlukan bagi keberadaan jinja Malang.
Terimakasih diskusi dan kiriman koran kuno daring yang makin melengkapi kajian lokasi jinja dari sahabat Achmad Budiman Suharjono.
Sumber peta dan asal foto disertakan pada tiap foto, antara lain :
Allied Geographical Section, “Malang : Town plan,” Monash Collections Online, accessed May 29, 2021.
Canonical:
Sumber: Original postingan dari Tjahjana Indra Kusuma di Facebook, tanggal 29 Mei 2021.