“Operatie Product” atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I, adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia, yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947. Aksi yang dilakukan dengan cepat ini membuat pemerintah, rakyat dan TNI tidak mampu berbuat banyak. Banyak kota di Jawa dalam waktu relatif singkat, berhasil dikuasai dan diduduki.

Kota Probolinggo berhasil dikuasai dalam sehari, sedangkan kabupatennya dalam 3 hari. Sebelum sempat dikuasai militer Belanda, rakyat berhasil membakar sebagian gudang yang ada di pelabuhan Probolinggo. Foto terbakarnya gudang-gudang ini, menjadi foto yang mendunia, banyak dimuat di koran-koran luar negeri. Salah satunya terpantau di Australia, dimuat harian “The Newcastle Sun” edisi 5 Agustus 1947.

Bupati Probolinggo yang menjabat waktu itu, Soedarmo, terlambat mendengar kabar, sehingga tidak sempat melarikan diri. Berikut ini laporan tertulis beliau, terdiri dari 16 butir, yang menjelaskan kejadian tersebut, peran dan posisinya, selama pendudukan militer Belanda di Probolinggo.

Probolinggo, 30-9-1947

1. Probolinggo tanggal 21-7-1947 diserboe dari 4 djoeroesan:

1. dari Timoer pendaratan di Pasir Poetih (Besoeki)

2. dari Oetara pendaratan di Oetara Djati

3. dari Selatan tentara No. 1 membelah di Dringoe mengiboel teroes Soember-boeloe – Letjes – Probolinggo

4. dari Barat dari Pasoeroean.

Djam 4 soree ada kabar telpoen P.B.O. pada saja, bahwa tentara mendarat di Pasir Poetih. Bataljon T.N.I. njata beloem dengar, teroes saja telpoen interlocaal ke Kraksan, ternjata Toean Wedono Kraksan beloem tahoe; kira2 3/4 djam lagi ia telpoen, bahwa militaire colonne Belanda sedang melaloei Kraksan.

2. Sebentar lagi kira djam 5.30 waktoe mana kapal oedara telah menjambar-njambar diatas kota Probolinggo dan pertempoeran telah terdenger diara Dringoe kira 3 Km. timoer Probolinggo, ada seorang Letnan T.N.I. dateng, saja disoeroeh pindah, dengan tidah bilang kemana.

3. Itoe waktoe tida ada tempo lagi oentoek memberi tahoekan Pegawai, mitsalnja Sekertaris atau Pegawai Kantor, apalagi para Wedono, hanja Toean Patih dapet diberi tahoe; demikian taat kepada instructie Pemerentah kita berdoea keloear dari roemah Kaboepaten, ingatan menoedjoe WONOASIH, daerah Kaboepaten.-

Tetapi serenta hampir ditengah Djalan Raya, moeka roemah Kepala Kota, kita berdoea berdjoempa dengan tank Belanda jang djalan kearah Barat, sehingga kita tida bisa teroes, dan mobil moendoer di pekarangan salah seorang pendoedoek kampong itoe. Teroes bermalam, pertempoeran hebat semalam. Tida moengkin bisa keloear.-

4. Esoek harinja saja ditjari oleh militair Commandan Belanda, saja dan Toean Patih lari dan bersemboenji diroemah orang lain, begitoe seteroesnja hingga 3 malam pindah2 roemah, dan oesaha oentoek keloear dari koengkoengan senantiasa gagal.-

5. Saja teroes ditjari Militair Belanda, tambahan oleh Toean Kepala Kota, jang mangatakan kita kepala Daerah sama ditoedoeh oleh Ra’jat salah, tida soeroeh menjingkir pendoedoek dan tidak atoer makanan. Karena saja ditjari teroes oleh mereka dan tambahan teman2 Kepala Djawatan para Wedono sama mentjari saja dan kemoengkinan keloear soedah tidak ada lagi dengan disaksikan para Pemimpin dan Pemoeda2, diantaranja Toean SAPARI dan Toean WIRJOSOEBROTO, saja kembali ke Kaboepaten.

Dalam 1 hari Kota Probolinggo terkoeroeng, dan dalam 3 hari Daerah Kaboepaten terkoeroeng, batas Selatan (Loemadjang, malang), liwat mana orang biasa moedah dapat meloloskan, soedeh didoedoeki dengan bezetting jeng koeat; Dareah Kaboepaten dengan demikian geisoleerd, beda sekali keadaan itoe waktoe dengan laen2 Kaboepaten, meskipoen Iboe Kotanja telah didoedoeki, tetapi moedah mentjari djalan meloloskan diri.-

6. Berhoeboeng dengan pengoemoeman militaire Bezetting pemerentah dan Djawatan diminta bekerdja teroes dan tetap dalem positie sebagai Pemerentah Repoebliek Indonesia dan Djawatan Repoebliek Indonesia, serta Pegawai Repoebliek Indonesia, maka Pamong Pradja dan laen2 Djawatan menoeroeskan perkerdjaanja.-

7. Dalam hal ini saja Pemerentah Kaboepaten (Badan Excecutieve) dan Pegawai Pamong Pradja berpegangan pada instructie rahasia dari Menteri Dalam Negeri tertanggal 11-6-1947, lempiran Nota Penglima Besar tertanggal 31-5-1947 No. 495 oentoek meneroeskan perdjoangan setjera effectief, mengatoer Keboetoehan makanan pendoedoek, mendjaga keberatan pendoedoek sambil menroeskan pekerdjaan sebagai biasa.-

8. Dalam instructie Ini dengan djelas diseboet, bahwa kita sebagai Pegawai Negara Repoebliek Indonesia dalam bezet gebied jang geisoleerd dapet berhoeboengan dengan Belanda (bezettingsautoritelt) asal dan selaras tidah meroegikan pada Repoebliek.

Pemerentah Kaboepaten soedeh moelai permoelaan berdasar pada: ”Pegawai N.R.I. dapat berhoeboengan” poenja pendirian bahwa contact itoe sekali-kali tidak bersifat samenwerking, karena Pemerentah Kaboepaten soedah jakin, kita dan Belanda tida poenja gemeenschappelijk doel atau belang dengan opzet atau tjara berkerdja jang diatoer sabeloemnja.

Pemerentah Kaboepaten bekerdja teroes menoeroet instructie2 dan wet2 Repoebliek. Soedah barang tentoe kita dalam hali ini memperingati wat militair gezag dari bezetting. Selandjoetnja contact kita terseboet hanja meroepaken belangenstrijd.

Disinihlah letaknja perdjoeangan Pemerentah Kaboepaten dalam hoeboengan dengan Belanda. Ini tidak boleh dibaikan artinja. Pemerentah Kaboepaten dan Djawatan2 dalam tindakannja soenggoeh2 taat pada Pemerentah Repoebliek Indonesia dangan membela kedaulatan Negara.-

9. Selain kedalam oentoek Kepentingan Negara, Djawatan2 dan Ra’jat, Pemerentah Kaboepaten menoendjoekkan dengan tegas sikapnja pada para Konsoel Inggris dan Australia jang pada tanggal 13-9-1947 datang di Kaboepaten, bahwa kita tjinta pada Kemerdekabn dan taat kepada Repoebliek Indonesia, menghendaki poelisi sendiri menggambarkan tidak amannja dengan keadaan adanja Militair bezetting Belanda, mohon lekasnja UNO mentjampoeri hingga lekas kombali dengan keadaan bermoela, dengan penoeh semangat kita membela dimoeka Plaatselijk Tactisch Commandant hingga hampir terdjadi incident.

Pemerentah Kaboepaten jakin, bahwa kalau dengan objectief isi pertemoean kita dengan para Konsoel diadjoekan pada UNO, tentoe itoe mengoentoekan kedoedoekan N.R.I. dalam mata internationaal. lnilah soeatoe oleh2 dari daerah pendoedeekan dimana boleh djadi oleh saudara2 diloearna kita dikira adalah pengchianat Bangsa. Boekan, kita tetep Repoeblikein dan membela Repoebliek, djoega Presiden kita Soekarno poen tidak loepoet dari pertjatoeran ketika ada pertanjaan dari bezettings-autoriteit, bahwa kita tetap mengakoei beliau adalah hoogste gezag dan bebas dari pengaroeh Djepang.-

10. Perdjoangan Pemerentah Kaboepaten sehari-hari kedalam oentoek Ra’jat dan Perdjoangan. Banjak sekali dan penting sekali. Seadainja kita tidak berhatsil dalam salah satoe perdjoangan jang mengoentoengken kita, kita bersasa berdosa pada Ra’jat. Tidak dapet disini, walaupoen dengan singkat diterangken disini. Dalam pokoknja kita berdjiwa Repoeblikein, berdjoang actief dalem practijk. Lebih doeloeh telah bersikap non-cooperatief.

11. Pemandangan kita dan jang kita djalankan hal mendjaga keamanan dan mengoeroes makanja Ra’jat lain dengan theorie Toean Said Hidajat. Pemerentah Kaboepaten akan memberi perhitoengan hal ini dikemoedian hari pada Pemerentah Agoeng.

12. Pemerentah Kaboepaten telah mendengar siaran radio tentang instructie Menteri Dalam Negeri tanggal 6-8-1947. Menoeroet pendapat kita, mengenai daerah Probolinggo, jang didoedoeki sesoedah tanggal 21-7-1947 semoea pemerentahan didaerah2 misih tetap dari Pemerantah N.R.I., sebagai sebeloemnja tanggal 21-7-47. Kita tetep mendjalankan bestuurs-instellingen sebagai bermoela, tidak ditjampoeri. Belanda pernah pentjoba mengadakan 2 orang Assistent-Wedeno di 2 Ketjamatan tetapi ini dalam 5 hari soedah hapoes oleh karena perdjoangen saja, dan teroes ganti Assistent-Wedono jang bermoela.-

Pernjataaan dengan circulair dari Menteri Dalam Negeri adalah juridisch logisch. Dalam hakekatnja kita tidak melanggar pada instructie ini, apali hal samenwerking.

13. Pemerentah Kaboepaten dalam practijknja mendjalankan kewadjiban coordinatie dari segala Djawatan2. Banjak sekali kesoelitan2 jang dapet dipetjah dengan pertolongan dan perdjoangan kita, dan sama merasa satoe dan lain terikat dalam daerah Geisoleerd ini mengenai perdjoangan apa djoega. Djawatan2 pengairan, Kehoetanan, Pertanian, Kesehatan dan lain lagi dapat perentah dari poesatnja di Malang atau Djokja oentoek bekerdja teroes di tempatnja, dan sama meng-coordineer-kan pada Pemerentah Kaboepaten dengan njata2 soepaja tidak meroegikan Negara Repoebliek Indonesia.-

Apahka Djawatan2 ini dalem soeasana dan ikatan perasaan demikian & perdjoangan jang penting & Ra’jat, haroes ditinggalkan oleh Pamong Pradja molai boepati, Baden Excecutieve hingga Kepala Dessa2? Dengen menarik kombali segala penerangan perentah2 dan andjoeran2 jang maksoednja membela kedaulatan Negara Repoebliek indonesia ? Apakah kita tida ditoedoeh melarikan diri dari perdjoangan jang masih berdjalan actief; Siapakah jang akan menganti kita oentoek mendjamin itoe atau dalam practijknja, dapatkah djaminan itoe dengan njata dan memoeasken dari blakang front?

14. Selandjoetnja, soedah dipikirken oleh Pemerentah Kaboepaten, bagaimana antero bestuurs-apparaat & Poelisi dapet meloloskan diri dari pendoedoekan, jang telah dikelilingi dengan pendjagaan jang koewat sekali. Apalagi satelah Sdr. Sapari keloear dari daerah Pemerentahan Kaboepaten senantiasa diintip, tidak sekali-kali merasa aman. Saban hari ada kemoengkinan jang tidak diharapkan. Lebih baik berhenti, tetapi kalau berhenti kita tida dapat nuttig maken boaat perdjoangan.-

15. Kita ingin sekali berhoeboengan dengan Pemerentah Karesidenan dan seteroesnja dan baroe satoe kali kita terima. Sebeloemnja dengen tidak “bersoerat” kita soedah 2 kali kirim orang menghadap pembesar karesidenan, entah dapat ketemoe atau tidak. Setetah itoe satoe kali dengan soerat, tetapi pesoeroeh ini dapet rintangan didjalan hingga kemball tida berhatsil. Jang belakangan saja titipkan seorang saudara lagi moengkin didjalan oentoek Pembesar R.I. jang dapet berdjoempa, meskipoen Presiden kita sendiri.-

16. Kemoedian sebagai penoetoep saja njatakan disini, bahwa selama perdjoangan Pemerentah Kaboepaten dan Pegawai2nja tetap mengakoei sebagai pegawai N.R.I. Dibelakang apabila perdjoangan selisi terserah Pemerentah Agoeng, apakah kita dipakai teroes apa tida sebagai Pegawai Negara Repoebliek Indonesia.-

Boepati Probolinggo.

(Soedarmo)

Anggauta B.E. Kaboepaten

1. Wirjosoebroto.

2. Moh. Saleh.

3. Slamet Tedjokoesoemo.

4. Harsono Gondowijoto.

******

Bupati Probolinggo, bapak Soedarmo lahir pada tahun 1902 di Pasoeroean. Ia lulus dari Osvia pada tahun 1920. Setelah itu, ia menjadi calon pegawai negeri sipil di Pasoeroean, Bangil dan Loemadjang. Ini diikuti dengan pengangkatannya sebagai mantri polisi di Loemadjang.

Pada tahun 1925 Pak Soedarmo menjadi djaksa di Malang, pada tahun 1928 menjadi asisten wedana dari Gondanglegi, dan pada tahun 1931 melanjutkan studinya di Sekolah Tata Usaha di Batavia. Pada tahun 1934 ia dinobatkan sebagai wedana dari Pandaan, pada tahun 1937 wedana dari Taman dan pada tahun 1944 sebagai Patih dari Pasoeroean. Selama bertahun-tahun, Pak Soedarmo juga telah menjabat di dewan kota dan kabupaten.

Menurut sumber Wikipedia, pak Soedarmo menjadi bupati Probolinggo pada periode 1944-1947, dan bupati Pasoeroean 1947-1949.

MENINDJAU DAERAH PROBOLINGGO PADA TG. 8 – 9 – 1947.

Saja telah menerima toegas lagi dari sdr. Pemimpin Djawatan Penerangan Keresidenan Soerabaja oentoek menindjau daerah Probolinggo dan sambil laloe djoega Pasoeroean lagi. Tentang Pasoeroean sambil laloe soedah saja tjantoemkan dalam laporan saja tentang daerah Pasoeroean.

Pada waktoe saja masoek daerah Pasoeroean dan Probolinggo (tg. 7/9-47) dengan naik truck keadaan disana agak “gedrukt dan gespannen” dan setengah orang menjatakan berbahaja, karena tiap2 saat dapat timboel pertempoeran. Keadaan ini menoeroet keterangan pendoedoek disana soedah ada 1 minggoe.

Dan hal ini pada waktoe itoe djoega saja lihat sendiri apabila ada truck2 Belanda berdjalan antara Bangil – Pasoeroean – Probolinggo. Mereka selaloe bersiap2. Tank2 djoega ronda diantara Pasoeroean – Probolinggo.

Berhoeboeng kawat2 tilpon didjalan raja Bangil – Pasoeroean – Probolinggo di-poetoes2 dan masih menggantoeng diatas tanah atau melingkar2 dipinggir atau diatas djalan raja, lagi poela dibeberapa tempat ada djembatan2 jang baroe dihantjoerkan dan setjara tjepat dibikin betoel, maka perdjalanan dengan mobiel disana haroes dilakoekan dengan hati2.

Bertemoe dengan Tn. Boepati Probolinggo.

Dalam pertjakapan saja dengan Tn. Boepati Probolinggo, saja mendapat keterangan, bahwa beleid beliau, baik dalam pemerintahan maoepoen politis, didasarkan bekerdja bersama2 menoeroet persetoedjoean Linggardjati dengan memikoel segenap pertanggoengan djawab terhadap Pemerintah Poesat.

Dalam pertjakapan kita lebih landjoet saja mendapat kesan, bahwa beleid beliau pada azasnja sama dengan beleid para pemimpin Kaboepaten Pasoeroean atau Modjokerto.

“Bagaimanakah pendapat toean dan para pegawai di Probolinggo tentang 5 pasal dari van Mook?” tanja saja.

“Ah, itoe hanja gertak sambel belaka, dan Belanda tidak akan berani melakoekan itoe”, djawab beliau.

“Apakah Belanda dengan resmi soedah memberitahoekan hal itoe kepada toean dan bagaimanakah sikap toean dan para pegawai disini apabila itoe soedah mendjadi feit. Bahwa Belanda tidak akan berani melakoekan 5 pasal tsb. itoe sangat optimistisch. Kita haroes djoega menghadapi kemoengkinan, bahwa hal itoe toch dapat terdjadi. Apakah dalam hal ini soedah diambil sikap jang tertentoe?” tanja saja lebih landjoet.

“Djikalau Belanda meresmikan hal itoe, kita akan berkoempoel dan meroendingkan hal itoe. Kita disini tidak mengambil sikap terlebih dahoeloe, karena pandangan kita tidak sampai begitoe dalam karena kita jakin, bahwa Belanda tidak berani menjampaikan itoe dengan resmi.

Bagi saja sendiri, ja, saudara tahoe bahwa saja adalah pegawai Repoeblik. Dan djika hal tsb. terdjadi, sikap saja jalah sebagaimana sikap pegawai Repoeblik jang sedjati”.

“Djadi toean akan mogok?”.

“Ja, soedah tentoe”.

Peratoeran Recomba.

Berbitjara tentang peratoeran Recomba, saja dapat keterangan bahwa sebagaimana djoega di-lain2 Kaboepaten, peratoeran tsb. mandapat perlawanan jang hebat. Hanja voorschot jang dapat diterima. Dalam boelan Agoestoes para pegawai menerima 50% dari pokok gadjih + £. 10.- dan dalam boelan September hal itoe dirobah mendjaedi 100% dari pokok gadjih. Apakah dengan tambahan f. 10.- saja loepa menanjakan. Akan tetapi saja mendapat keterangan dari Tn. Boepati bahwa semoea itoe meroepakan voorschot dan sekali2 boekan gadjih.

Pihak Belanda djoega telah menetapkan koers O.R.I. terhadap oeang nica dan djoega mengadakan “richtprijzen”, akan tetapi hal tsb. practisch tidak dihiraukan oleh rakjat.

Oeang nica beredarnja djoega sangat stroef dan koersnja 1 : 6, hampir ta’ ada perbedaan dengan Modjokerto.

Ekonomis daerah Probolinggo masih stabiel.

Siasat boemi hangoes.

Pelaboehan dan goedang2 dibakar. Aliran listrik tidak ada. Fluistercampagne kedoea belah pihak menghebat.

Berhoeboeng dengen pembakaran pelaboehan, R.P. Amang Makmoer ditangkap Belanda.

Keamanan.

Poelisi Negara Probolinggo masih bersendjata dan melakoekan kewadjibannja sebagaimana biasa. Disampingnja itoe Belanda mengadakan Algemeene Politie dan Militaire Politie.

Tentara belanda jang ada disana jalah mariniers brigade dibantoe oleh barisan Tjakra dan Heiho.

Jam malam dimoelai djam 18 hingga djam 6.

Bangsa Tionghoa.

Keadaan bangsa Tionghoa di Probolinggo sama dengan di Pasoeroean. Banjak djoega jang mengongsi dari desanja ke kota karena takoet sendiri.

Pao An Tui di Probolinggo soedah dilatih dan beberapa orang Tionghoa asal dari Tanggerang jang soedah dipersendjatai telah didatangkan di Probolinggo. Reaksi pendoedoek terhadap hal ini tidak tampak. Sikap rakjat Frobolinggo sangat sceptisch dalam hal ini.

Boepati dan Walikota.

Diloear tersiar berita, bahwa diantara Boepati dan Walikota Probolinggo terdjadi “animositeit” dalam peristiwa mana Walikota ditoedoeh bersikap pro Belanda. Ketika hal ini saja tanjakan kepada Tn. Boepati Probolinggo, beliau merasa heran mengapa berita jang serba salah itoe dapat sampai di Modjokerto. Beliau menerangkan, bahwa antara beliau dan Walikota sama sekali tidak ada animositeit. Perhoeboengan antara mereka baik, hanja kadang2 timboel perselisihan faham tentang principieele kwesties dalam dinas. Haroes diketahoei bahwa Boepati sama sekali tidak toeroet tjampoer dengan pemerintahan didalam kota jang dipegang Walikota. Dengan demikian maka rakjat melihat se-olah2 Boepati dalam pemerintahen bersikap passief.

Dalam pada itoe Walikota dalam oeroesan sehari2 dikota terlihat sangat actief. Poela perhoeboengannja dengan Belanda. Berhoeboeng dengan ini laloe rakjat mengambil kesimpoelan, bahwa Walikota “menghamba” kepada Belanda, lebih2 berhoeboeng dengan kenjataan bahwa Walikota tidak begitoe disoekai oleh pegawai2-nja dan pendoedoek kota karena sikapnja jang eigenwijs dan serampangan.

Oleh Inlanders dikatakan, bahwa Walikota Probolinggo tidak “mendjilat” kepada Belanda, tetapi “takoet” kepada Belanda.

Anggauta2 tentara kita.

Karena saja melihat kenalan2 dari kalangan ketentaraan di Probolinggo, saja menanjakan hal itoe kepada Tn. Boepati dan dapat keterangan, bahwa kebanjakan dari pradjoerit kita pada waktoe penjerboean Belanda “terkepoeng” sehingga terpaksa menjerah. Setelah diloetjoeti, mereka disoeroeh poelang ke roemahnja masing2 dan diharoeskan menghadap dikantor M.P. tiap2 hari pada waktoe pagi dan sore.

Menoeroet keterangan pendoedoek Probolinggo, kaoem gerilla kita pernah mengadakan penjerboean hingga 2 kali, akan tetapi hanja diloear kota.

Tjatatan.

Pada waktoe penjerboean Belanda ke Probolinggo rakjat mendjadi katjau balau. Banjak diantaranja tertembak mati oleh Belanda, diantara mana terdapat djoega Assistent Wedana kota Tn. R. Moestedjo.

Keadaan kota tenteram. Para pegawai negeri soedah bekerdja kembali seperti biasa.

Kesan saja dalam perdjalanan saja kedaerah Pasoeroean dan Probolinggo jalah, bahwa berhoeboeng dengan terpoetoesnja aliran listrik dan tilpon, tiap2 Kaboepaten se-olah2 mendjadi geisoleerd. Mareka satoe sama lain ta’ mengetahoei keadaannja, lebih2 berita2 dari Malang atau Jogja, mereka sama sekali tidak mengetahoei.

Modjokerto, 15 September 1947.

Sekretaris Djawatan Penerangan

Keresidenan Soerabaja,

tt. (Soewarno)

Mengetahoei :

Pemimpin Djawatan Penerangan

Keresidenan Soerabaja,

tt. (Pamoedji).

Sumber : nationaalarchief

******

Catatan : Pemimpin Djawatan Penerangan Keresidenan Soerabaja, pak Pamoedji, adalah yang kemudian menjabat sebagai Walikota dan Bupati Mojokerto (periode 1947-1949) dan kemudian sebagai Residen di Surabaya.

Bagian III

Saat Agresi Militer Belanda I, berhasil menduduki kota Probolinggo di tanggal 21 Juli 1947. Pada 2 (dua) postingan sebelumnya adalah laporan resmi dari pihak Republik. Di bawah ini laporan resmi dari pihak Belanda, yang dibuat oleh Asisten Residen Probolinggo, L. J. Dijkstra, bertanggal 24 Juli 1947, atau setelah 3 hari pendudukan. Tentang keadaan awal kota Probolinggo, periode 22 Juli s/d 24 Juli 1947. Dalam laporan yang terdiri dari 4 halaman ini, menyebut korban yang tewas dalam pertempuran, tercatat ada 65 orang Indonesia, 30 orang lainnya sebagai tawanan perang, serta 100 orang etnis Tionghoa diculik. Mengungkap tokoh penting Walikota Probolinggo, yang menjabat pasca kemerdekaan, R. Saroso Harsono. Pabrik gula yang penting adalah : Gending, Wonolangan, Wonoasih, Soemberkareng. Pabrik gula lainnya yang dianggap tidak penting, karena sudah tutup atau dibongkar : Paiton, Padjarakan, Seboro, Kandangjati, Bago, Maron, dan Oemboel. Berikut ini terjemahan lengkapnya :

ASISTEN RESIDEN

PROBOLINGGO.

Probolinggo, 24/7 ’47, 21:30.

Laporan No. 2.

(dari 22/7 ’47, 12 siang – 24/7 ’47, 12 siang)

Kronologis. Markas sementara didirikan bersama dengan P.M.C. di gedung N.l. Handelsbank, di kawasan pelabuhan. Sore pertama menyapu kota dengan P.M.C. Koloni dua tank, dengan infanteri. Kota hampir sepi, tapi tidak rusak. Oposisi lokal dari TRI dan ALRI (berpakaian sipil). Membuat sekitar 30 tawanan perang. Pos-pos didirikan di kota, karena sangat tidak aman, dan rampok merajalela di mana-mana (terutama di kalangan orang Cina), sedangkan di bagian selatan kota (tetapi juga di belakang penjara) masih terdapat inti perlawanan. Kabupaten dikunjungi; Bupati dan Patih menghilang, atas perintah Republik bahwa semua pejabat dan penduduk harus mengungsi ketika Belanda datang. Polisi Kota dengan kepala C.v.P. Poernomosiki ditemukan. Ini untuk sementara dikonfirmasi di bawah kepemimpinan Ned. Ind. I.v.P. Barhorst, dan Poernomosiki secara pribadi bertanggung jawab atas layanan yang disediakan oleh Polisi Kota Republik, bekerja sama dengan dan di bawah arahan pegawai Belanda, c.q. Polisi Umum. Di kota (Jalan Raya Pos) sekitar 65 mayat orang Indonesia, tewas akibat perlawanan bersenjata terhadap marinir. Mengunjungi walikota, R. Saroso Harsono, putra dari mantan Bupati Bangil. Dia bersedia bekerja sama sepenuhnya dengan Otoritas Belanda. Kesan yang menguntungkan. Tampak takut, tapi tidak mengherankan. Petugas ini memiliki dan membawahi para pegawai pribumi (A.W.Kotta, Petinggi’s), bisa dianggap sebagai “Boss” Probolinggo yang sebenarnya.

Selanjutnya, penyisiran pertama dilakukan dengan militer di luar kota. Probolinggo – Djati – Wonoasih – Kembali. Belum ada pasukan Belanda di sini. Jalan-jalan banyak yang digali. Beberapa perlawanan ditemui sebelum dan di Wonoasih. Pabrik dalam kondisi buruk. Tidak ada perwakilan staf yang hadir; 2 lokomotif, banyak lori ditemukan, serta segala macam material yang berguna, seperti tempat tidur, dll, dll. Selanjutnya, stok gula disimpan. Populasi ada di mana-mana, tetapi nampaknya sangat memprihatikan. Ladang semua dikerjakan, gadu, jagung, kedele, ketela dan sejenisnya. Sekolah, balai (rumah sakit), rumah-rumah pada umumnya terawat dengan baik. Penduduk pedesaan pada umumnya – setidaknya di daerah kecil yang dikunjungi sebentar – memiliki padi. Tawaran pengiriman dari Republik tahun ini hampir tidak dilaksanakan.

Menerima kunjungan dari Sch.b.N.Salm, Gen. Maj.d.M. de Bruine, Kap.t.Z. van Waning, Lt.Col.d.M van Ryn, Walikota Republik, Pengurus Lengkap Chung Hwa Chung Hui, Wakil Kepala PU Republik, Perwakilan ANIEM, Perwakilan S.S.

Administrasi/Politik. Aparat Administrasi Republik telah menerima perintah dari Republik untuk berlindung dengan penduduk ketika Belanda tiba. Ini sebagian telah terjadi. Bupati, Patih, berbagai pejabat dan petinggi telah bersembunyi, atau setidaknya menghilang. Saya bukannya tanpa harapan bahwa tuan-tuan ini akan datang satu demi satu. Atas layanan Bupati yang telah meninggalkan jabatannya, untuk sementara tidak dapat dihargai. Ada kerjasama yang menyenangkan dan cukup efektif dengan Walikota R. Harsono. Pejabat ini jelas merasa terikat secara formal dengan otoritas Republik, tetapi cukup bijaksana untuk bekerja sama secara praktis dengan otoritas Militer Belanda, termasuk dengan Assisten Residen.

Polisi Kota Republik dibawah C.v.P. Poernomosiki, yang sementara saya pertahankan, seluruhnya dapat dikendalikan dalam pelayanan, sebagian dipersenjatai kembali, dilatih ulang di bawah otoritas tertinggi N.Ind.l.v.P. kl.1 Barhorst.

Polisi Lapangan Republik sejauh ini masih berada di lokasi; besok aksi akan dimulai untuk Polisi Lapangan Republik dengan cara yang sama seperti Polisi Kota. Dikumpulkan, menyusun kembali, dan menyebarkan.

Keberadaan Perangkat Desa sangat bervariasi secara lokal. Di daerah-daerah di mana banyak tentara berada, sebagian besar Petinggi dan Carik menghilang. Ini jelas. Di bekas Kabupaten Kraksaan, Pemerintahan Desa masih utuh, kekurangan yang ada akan diisi sebaik mungkin dengan menunjuk prentah-dessa terbaik yang ada saat ini sebagai Pejabat Petinggi. Kebetulan, dalam konsultasi dengan P.M.C. Walikota selama Bupati berhalangan, sampai dengan batas waktu tertentu. Diangkat sebagai Pejabat Bupati, sekaligus menjalankan fungsinya sendiri. Persetujuan dari RECOMBA akan diperoleh dengan senang hati. Dalam jangka panjang, fungsi Bupati, terutama Patih, harus dipenuhi. Kita akan menuju kesitu.

Dengan masyarakat Tionghoa, dalam bentuk organisasi lengkap Chung Hwa Chung Hui, ada hubungan yang menyenangkan. Masyarakat Cina sangat berterima kasih atas perlindungan yang kami berikan. Proposal tersebut tidak mengevakuasi atau mengkonsentrasi daerah kota yang terancam oleh Hizbullah dan pemberontak. Setelah menempatkan beberapa pos tambahan dan banyak militer dan beberapa tampilan bendera administrasi, keributan dan ketakutan berkurang secara signifikan. Yang serius adalah laporan tentang penculikan 100 orang Tionghoa oleh orang-orang yang berkeliaran malam sebelum pasukan Belanda tiba. Upaya keras dilakukan untuk membebaskan kelompok ini, namun sejauh ini tidak berhasil. Akan diceritakan lebih lanjut.

Pernyataan pejabat yang direkrut dan ditemukan sejauh ini disampaikan.

Secara ekonomi. Dari pengamatan pribadi, gambaran pertanian pangan di distrik Probolinggo Soemberkareng, Gending diperoleh. Hampir semua lahan yang ada ditanam dengan polowidjo, atau gadu;di sana sini ada sedikit kapas. Pekarangan yang ditanam dengan baik. Pada umumnya padi ada di rumah. Bahkan ada yang mengangkut benih padi di jalan, meskipun panen sudah lama berlalu, yang tidak menunjukkan kekurangan. Pipa irigasi dan fasilitas umumnya dirawat dengan baik. Hal-hal ini menunjukkan pemerintahan yang teratur. Di kota Probolinggo, situasinya kurang menguntungkan, karena pasokan telah berhenti sepenuhnya selama 5 hari, distribusi di kota itu terhenti akibat aksi militer. Situasinya tidak terlalu menyakitkan karena persediaan juga ada di kota itu. Distribusi darurat dimulai.

Karena kebakaran pelabuhan yang hebat (pelakunya ALRI), stok jagung, beras, gula dan kopi yang cukup banyak, yang ditujukan untuk ekspor, musnah. Gudang dengan kapuk masih awz. Juga sedikit stok beras, gula, jagung. Selanjutnya, halaman B.P.M. dengan 30.000 L minyak solar, di bengkel ALRI lagi 3.000 L bensin, di kantor B.P.M. 10.000 L bensin dan 1.000 L minyak bumi lainnya.

Pabrik Gula : Yang dikunjungi adalah Gending, Wonolangan, Wonoasih, Soemberkareng. Gending rupanya dalam kondisi baik, terlihat terawat. Kurangnya minyak pelumas, bahan paking, amonia. 380 HA tebu yang ditanam, perlu digiling. Pabrik di bawah manajemen R. Notodisastro, mantan asisten kepala lab, dan Hardjomijono, yang disebut ahli kimia, bos sebenarnya, SOBSI. Percakapan panjang dengan Marinir dicairkan setelah ragu-ragu. Harus mengurus pabrik, perkebunan, buruh; perasaan dan tanggung jawab mereka. Hubungan dengan pendudukan Marinir yang ada saat ini tidak ideal.

Kedua pihak saling menginformasikan tugas masing-masing. Wonolangan; dalam kondisi berjalan. Menyiapkan gula. Diambil alih tepat pada waktunya sebelum dihancurkan.

Wonoasih : pabrik tidak bisa bekerja, masih banyak material tanpa loko dan lori. Selanjutnya stok S.H.S.

Soemberkareng : pabrik diubah menjadi bengkel kereta api.

Tersedia: mesin bubut, mesin frais, mesin pemutar roda, 1 lokomotif tender kecil. model IC, 2 rangka loc.IC, 3 gerbong, macam-macam gerbong, 1 gerbong derek kondisi bagus dengan crane, kapasitas 15 ton. Selanjutnya, 1000 ton S.H.S. Lihat juga laporan Hr. Zermatten.

Pabrik Paiton, Padjarakan, Seboro, Kandangjati, Bago, Maron, Oemboel (yang disebutkan dalam penilaian ekonomi A.Div.ktr. Inl.) tidak boleh dikunjungi, karena tidak penting atau sudah dibongkar.

Mengenai pabrik kertas Letjes yang ditemukan rusak sebagian, lihat laporan detail B.I.H.

LALU LINTAS & AIR : Temuan yang sangat penting untuk S.S. Di Klakah, Letjes, Probolinggo, Djati, Gending banyak lokomotif ukuran standar berat, ringan, dan ukuran sempit, juga gerbong barang, gerbong penumpang, tanker, dan bagian bengkel. Ditemukan di Klakah dan Letjes dan disiapkan untuk ditarik ke kota: 5 lokomotif berat, tipe IFI seri 800 (no. F.101, 106, 1017, 1020, 1021), 1 lokomotif ID seri 900 (no. D.5022), 3 kecil lokomotif tipe IC compound (no. C 128, 1210, 1211). Juga pada IC Soemberkareng 1 Loc, material bengkel, gerbong dan gerbong (lihat di atas). Di depo Jati banyak terdapat trem uap dan gerbong P.S.M. Garis ini hanya berjalan sejauh Gending. Berjalan ke Paiton adalah ukuran yang sempit. Lokomotif dan gerbong hadir di depo Gending dan jalan raya pos. Di stasiun Probolinggo terdapat banyak gerbong, dan 2 gerbong. Diderek dari Klakah ke Probolinggo 31 gerbong, 4 tanker, 5 gerbong, 1 gerbong pos.

Jembatan kereta api di Kabupaten Probolinggo semuanya tidak rusak. Pada malam 22/7 sampai 23/7, 50 meter rel diputus oleh TRI antara Ranoejoso dan Klakah.

Pelabuhan : Fasilitas penyimpanan sebagian besar dihancurkan oleh ALRI. Di pelabuhan ditemukan sebuah kapal tunda (siap berlayar), beberapa tongkang, banyak kano, semuanya dapat digunakan. Pelabuhan sudah dibersihkan oleh K.M.

Sudah dibersihkan. Kuli aktif. Perahu nelayan berlayar. Lihat laporan A.O.Z.

Pasokan air : Stasiun pompa Soemberwoeloe dalam kondisi layak. Menara air utuh. Setibanya di Probolinggo, suplai air sempat terhenti selama 1 hari, karena personel rumah pompa kabur. Sekarang baik-baik saja. Pasokan energi listrik benar-benar mandek. Republik telah memutus aliran listrik di Malang. Kebetulan stasiun transformasi Probolinggo hampir diledakkan ALRI saat penerbangan. Pertama, yang menjadi korban adalah penduduk perkotaan Probolinggo dan sekitarnya. Angkatan Laut, Marinir, dan tim sipil Belanda mempunyai agregat mereka sendiri.

Rincian lainnya akan disampaikan dalam laporan berikutnya karena waktu yang terbatas.

Asisten Residen

di Probolinggo,

L. J. Dijkstra

Sumber : nationaalarchief

404 Not Found

Not Found

The requested URL was not found on this server.

Additionally, a 404 Not Found error was encountered while trying to use an ErrorDocument to handle the request.