Sejak era pemerintahan Hindia Belanda, Dokter Mohamad Saleh dan keluarganya sudah sangat dikenal di Probolinggo. Dokter yang populer ini, tidak sedikit dikarunia anak, yakni 9 (sembilan) orang, 7 (tujuh) diantaranya anak laki-laki. Yang sulung sudah menjadi dokter, sekarang terpilih sebagai asisten profesional pertama dalam fisiologi di Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia. Putra kedua juga sudah bekerja sebagai pegawai negeri, di salah satu subdivisi Departemen Perekonomian di Batavia. Dia sekarang menerima kabar bahwa putra ketiganya, telah dipromosikan menjadi insinyur sipil di Technische Hoogeschool di Bandung. Putra keempat dan kelima, masing-masing telah lulus ujian doktoral dan kandidat kedua di Sekolah Tinggi Kedokteran di Batavia. Putra keenam, Moehtar Saleh, atlet serba bisa dan pemegang rekor lari gawang se Jawa, telah menyelesaikan diploma terakhirnya di H.B.S. Malang. Putra ketujuh bersekolah di sekolah MULO di sana (Probolinggo), dan tampaknya juga bukan sosok yang buruk. (koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, 09-06-1939).
Mas Mohamad Saleh lahir di Simo, Jawa Tengah tanggal 15 Maret 1888. Beliau adalah anak termuda dari 5 bersaudara pasangan Haji Sastrodikromo dan Hajah Nalirah. Istrinya Emma Naimah, putri termuda dari 4 bersaudara pasangan Daeng Moehsin dan Masnoon (Nyak ‘Nde). Emma Naimah lahir di Jakarta tahun 1883. Pasangan ini seharusnya mempunyai 11 (sebelas) orang anak, 2 (dua) orang lainnya kemungkinan sudah meninggal di usia muda.
Dokter Saleh merupakan seorang dokter pribumi lulusan STOVIA (School Tot Opleiding van Indlandsche Artsen) yang awalnya bernama Sekolah Dokter Djawa. Pada Saat usia 20 tahun, beliau mendirikan pergerakan bersama “dr. Soetomo” dan beberapa mahasiswa STOVIA lainnya. Pergerakan tersebut bernama “Boedi Oetomo”. Setelah lulus dari STOVIA, dokter Saleh ditugaskan diberbagai daerah seperti di Boyolali. Kemudian dipindah ke Kolonedale (Sulawesi Tengah) tahun 1915, selanjutnya dipindah ke Bondowoso tahun 1919.
Belum diketahui pasti kapan beliau dipindah ke Probolinggo. Yang jelas sudah berdinas disana pada tahun 1924, ketika masih berusia 36 tahun. Waktu itu, beliau ikut menangani wabah pneumonia, yang menyebar di desa Argosari. Di wilayah Tengger di kabupaten Probolinggo, yang terletak di ketinggian lebih dari 6.000 kaki. Dalam waktu sepuluh hari, sekitar 30 (tiga puluh) orang meninggal di sana. Disebabkan oleh suatu penyakit yang tidak dapat diidentifikasi dan menyebar dengan cepat. Dr. Saleh dari Probolinggo yang dikirim ke sana untuk pemeriksaan, mendiagnosis adanya penyakit pneumonia klinis dan mikroskopis. Bukti sampel dikirim ke laboratorium di Surabayaa untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan desa tersebut kemudian diisolasi. (Algemeen handelsblad voor Nederlandsch – Indië, 06-06-1924).
Istri dr. Saleh, ibu Naimah Saleh wafat lebih dulu pada 27 Juli 1949, dan dimakamkan di “Astana Mulja” Probolinggo. Sedangkan dr. Saleh menyusul kemudian pada 2 Maret 1952, dalam usia 64 tahun dan dimakamkan di tempat yang sama. Tampak hadir di rumah duka ketika wafatnya beliau, tokoh dan pahlawan nasional “Haji Agus Salim”.
Link location : https://goo.gl/maps/1oAw6vGK5Ubs3gmbA
Untold Story Keluarga Dr. Mohamad Saleh Probolinggo, Bagian II
Untold Story Keluarga Dr. Mohamad Saleh Probolinggo Bagian III