Awal Berdiri
Perusahaan industri mesin tertua di kota Malang dapat disebutkan salah satunya adalah “N.V. Stoomwerkplaats Smeroe“. Pabrik ini dikenal juga dengan nama “Firma Vis“, sesuai dengan nama pemiliknya “Cornelis Vis”, kelahiran 19 Februari 1853 di Den Helder, Belanda. Perusahan disahkan oleh pemerintah dengan besluit tanggal 6 Januari 1906. Perusahaan mendirikan pabriknya di daerah Kotalama Malang, tidak jauh dari stasiun kereta api dan halte tram.
Pabrik atau bengkel konstruksi (dengan mesin uap) ini terutama didirikan sebagai pendukung industri pengolahan kopi. Dalam iklan tahun 1912, pabrik memasarkan semacam rumah pengering untuk segala produk, sangat cocok dan penting untuk kopi (robusta) dan memproduksi berbagai mesin untuk pengolahan kopi. Tercatat memiliki beberapa paten untuk produk mesin-mesin pengolah biji kopi, seperti mesin pengupas, mesin pencuci, mesin sortir, dll.

Cornelis Vis menikah dengan Cornelia Maria Hoogenbosch dan mempunyai 10 orang anak (5 putra dan 5 putri). Pada masa itu, keluarga Vis dipandang sebagai salah satu keluarga terkaya di kota Malang. Selain bengkel konstruksi, ia juga mempunyai sejumlah besar rumah dan bangunan lain di kota Malang. Kekayaan keluarga ini diperkirakan mencapai satu juta Gulden.

1917-1942 :
Setelah kematian Cornelis Vis pada tanggal 3 Mei 1917, direktur perusahaan kemudian digantikan putranya : L. C. Vis atau lengkapnya Leonardus Nicolaas Vis, kelahiran Lawang, 18 November 1887.
Tahun 1921, mengikuti lomba pembuatan mesin pengupas kopi berhadiah f 3.000 yang diadakan oleh Sindikasi Pertanian di Hindia Belanda.
Mesin-mesin buatan bengkel konstruksi “Smeroe” atau “Firma Vis“, diantaranya dapat dilihat dalam buku “De koffie-Bereiding” (Penyiapan Kopi) terbitan tahun 1933 dibawah ini :


Pada tahun 1929, pabrik Smeroe dengan murah hati menyumbangkan “miniatur pabrik kopi” untuk sekolah pertanian di Malang. Para siswa dapat mempratekkan langsung proses pengolahan kopi dalam suatu ruangan berukuran 9.5×8.x5 M.
Era Jepang 1942-1945 :
Selama pendudukan Jepang, bengkel konstruksi ini disita tanpa melalui proses pengadilan apapun oleh penguasa militer Jepang. Sementara Vis dan keluarganya kemudian di internir kedalam kamp Jepang. L. C. Vis sendiri awalnya di internir di Malang, namun kemudian dipindahkan ke tempat lain.
Jepang mengubah pabrik menjadi bengkel konstruksi senjata, tempat berbagai jenis senjata api ringan dapat diperbaiki.
Badan khusus intelijen Belanda NEFIS, melaporkan keadaan pabrik “Smeroe” berdasarkan hasil informasi yang dapat diperoleh. Informasi berasal dari hasil interogasi kepada orang-orang yang pernah tinggal di Malang pada saat pendudukan Jepang. Pada bulan Nopember 1943, pabrik digunakan sebagai bengkel reparasi mesin pesawat, dan mungkin sebagai pabrik perakitan. Menurut informan yang berpura-pura melamar kerja disana, mengetahui pekerjaan utamanya adalah mesin pesawat dan baling-baling. Ia melihat beberapa motor dan truk-truk Jepang membawanya pergi. 20 orang Jawa menjaga pabrik selama 24 jam. 4 orang jawa dan seorang komandan berjaga pada tiap-tiap waktu, bersenjatakan karabin, amunisi dan bayonet.
Tempat ini sepenuhnya dipagari dengan kawat berduri, dengan sekitar 500 orang pekerja. Para pekerja trampil tidak diperkenankan meninggalkan pabrik sama sekali. Tetapi para kuli dapat kembali ke rumah masing-masing setelah selesai bekerja.
Pada bulan November 1944, pasukan Sekutu lewat foto udara mengidentifikai lokasi pabrik “Smeroe” pada lokasi No. 16

1945-1947 :
Mantan direktur NV. Stoomwerkplaats Smeroe, L. C. Vis meninggal dalam kamp tawan Jepang di Cimahi pada 6 Maret 1945, dalam usia 57 tahun, tidak lama sebelum kemerdaan RI. Sebagai korban perang, makamnya dapat ditemukan di Ereveld Leuwihgajah di Cimahi.


Berita kematiannya baru dimuat oleh keluarga di Belanda pada koran Het Binnenhof tanggal 16-10-1945.

Setelah Jepang menyerah, bengkel konstruksi tersebut melanjutkan operasinya di bawah pengawasan Angkatan Bersenjata Indonesia, yang mengubahnya menjadi pabrik senjata. Perbaikan senjata dapat dilakukan disini, sementara senjata api ringan seperti sten, juga diproduksi.
1947-1950 :
Selama rezim pendudukan Belanda kembali pada tahun 1947, bengkel konstruksi ini dikabarkan berpindah tangan menjadi milik swasta. Bengkel tersebut kemudian berganti nama menjadi “Sumber Mas” atau “N.V. Soember Mas” beralamat kantor di Oro-oro Dowo 86 Malang. Sementara bengkel beralamat di Jalan Mergosono No. 4 dan 6 Malang, dikembalikan ke fungsi utama sebelum perang.
1951-1957 :
Pemerintah Indonesia membeli pabrik ini atas nama Corps Tjadangan Nasional (C.T.N.). Para anggota C.T.N. sebagian besar adalah mantan anggota angkatan bersenjata Indonesia dan organisasi-organisasi pejuang lainnya, yang telah kehilangan sumber penghasilan. Dengan pembelian bengkel konstruksi ini, pemerintah Indonesia mempunyai tujuan ganda. Pertama, untuk melayani kepentingan negara dengan memperoleh akses ke bengkel yang lengkap untuk perbaikan-perbaikan yang penting. Dan yang kedua, agar para anggota C.T.N. kembali memperoleh pekerjaan.
Sejak itu pabrik diduga mengalami mis-manajemen dan dihantam dengan berbagai masalah, seperti : dugaan korupsi, mogok kerja karyawan, upah karyawan yang tidak dibayar, dan reorganisasi manajemen. Performa yang merugikan ini berakibat dengan penyegelan dan penutupan pabrik.
Berita yang dapat dipantau pada tahun 1957 : Direktur pabrik mesin “Sumber Mas” di Malang, tuan Soekandar, yang ditangkap lima bulan lalu atas perintah eksekutif militer setempat, kini telah dibebaskan dari tahanan dan ditempatkan di tahanan rumah. Pers Korps Lalu Lintas dan Ajun Komisaris Besar Polisi Malang itu menambahkan, perkara yang menjerat Soekandar akan segera dilimpahkan ke pengadilan. Saat ini, aparat TNI bersama LP3I dan Bank Negara Indonesia tengah melakukan persiapan untuk menghidupkan kembali pabrik mesin yang sudah berbulan-bulan tidak beroperasi itu. Sejak 19 Oktober, pekerjaan inventaris pabrik telah dilakukan dan diharapkan selesai dalam tiga minggu. (Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode, 30-10-1957)
Catatan Tambahan :
- Salah satu mesin buatan pabrik Smeroe, saat ini masih dapat dipantau ada di bekas pabrik kopi jaman Belanda di Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek.

- Lokasi bekas pabrik “Smeroe” sekarang telah menjadi “Ascent Premiere Hotel and Convention“, dengan alamat sekarang di Jl. Kolonel Sugiono No.6, Ciptomulyo, Kec. Sukun, Kota Malang,
- Menilik lokasi pabrik yang berada di area sekitar lokasi eks Pabrik “Smeroe“, serta bidang industri yang mirip, kuat dugaan bahwa pabrik mesin “Sumber Mas” inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Pabrik Mesin “Guntur”, sekarang beralamat di Jl. Kolonel Sugiono, Ciptomulyo Kota Malang. Dalam laman resminya disebutkan : PT. Pabrik Mesin Guntur didirikan pada tahun 1942, adalah perusahan yang bergerak di bidang industri pompa air dan mesin pertanian yang berlokasi di Jl. Kolonel Sugiono no 14 Malang. Namun keterkaitan ini masih perlu ditelusuri lebih lanjut kebenarannya.
Postingan Terkait :
Mengungkap Fakta Keberadaan NIMEF di Tenun Kota Malang
Tokoh Dibalik Kesuksesan NIMEF Di Kendalpayak Malang, Berakhir Tragis Di Kamp Interniran Jepang