Bagaimana merayakan lebaran di Pasuruan tempo doeloe, dapat dilihat dalam surat edaran yang dikeluarkan oleh Residen Pasuruan. Salah satu istilah lebaran disebut sebagai festival/pesta “Bieran” (Bieranfeest), kemungkinan berasal dari kata “Takbiran“, seiring dengan adanya banyak kegiatan takbiran menyambut hari besar ini. Dalam surat resmi, Residen Pasuruan menyebutnya berbeda sebagai “Harie Aija Ramlan”. Mungkin yang dimaksud adalah “Hari Raya Ramadhan“, yaitu suatu hari besar yang dirayakan setelah berpuasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan.

Rangkaian acara “Harie Aija Ramlan” jatuh pada hari Sabtu, 15 Mei 1853, tepat 1 Syawal 1 Syawal 1274 H, atau lebih dari 170 tahun yang lalu dalam kalender Hijriah. Dibuat oleh Residen Pasuruan yang menjabat pada waktu itu adalah Carl Philip Conrad Steinmetz, sedangkan Bupati Pasuruan yang menjabat adalah Kanjeng Pangeran Adipati Ario Niti Adiningrat (IV).

Residen Pasuruan Carl Philip Conrad Steinmetz, periode 1855-1862)

Rangkaian acaranya disusun sebagai berikut :

– Pukul sembilan pagi, para bupati hadir bersama para patih, penghulu besar, kepala jaksa, penilai, wedonos, kliwon, mantri besar, sub kolektor, penghulu kecil, jaksa kecil, demang cacar, juru tulis pertama residen, juru tulis pertama bupati, kepala ulu-ulu dan bekel berkumpul di stasiun (tempat yang sudah ditentukan) dengan berjalan kaki, berseragam kebesaran dan baju perang menurut model India kuno, yaitu : dodod, ikat pinggang, keris dan kuluk. Tubuh bagian atas telanjang dan diberi warna kuning seperti untuk acara turnamen (Senenan) atau upacara pernikahan.

Dilanjutkan perjalanan ke rumah Residen, dimana para pejabat Eropa, para perwira militer, serta penduduk Eropa, yang semuanya diundang untuk acara ini telah bersiap diri.

– Pukul setengah sepuluh, dengan isyarat tembakan penghormatan oleh bupati, para bupati disusul para kepala daerah tersebut di atas memberikan penghormatan kepada residen seperti biasa.

Setelah residen menanggapi kata sambutan awal dari bupati, maka mereka yang hadir lainnya akan disambut (oleh Residen).

– Acara kembali (pulang) akan berlangsung dengan cara yang sama seperti datangnya.

– Pukul 5 sore, diadakan acara “Senenan” di alun-alun yang mengundang semua yang menghadiri resepsi di rumah Residen beserta keluarganya. Senenan adalah semacam lomba ketangkasan berkuda dan menggunakan senjata tombak. Bukan tombak tajam yang sebenarnya, tapi berujung lentur atau tumpul (sodor).

Lukisan tangan yang menggambarkan tradisi kuno “Senenan”. Semacam lomba ketangkasan berkuda dan menggunakan sejata tombak. Sebagai alah satu acara yang diadakan untuk menyambut lebaran di Pasuruan tempo doeloe.

– Pada jam 8 malam diadakan kunjungan (balasan) ke rumah Bupati, yang juga mengundang semua orang yang hadir pada perayaan tersebut di atas, beserta para istri-istrinya.

– Para pegawai negeri Eropa dan pribumi diminta untuk mengenakan seragam kebesaran.

Susunan acara dibuat oleh Residen pada 14 Mei 1858, yaitu sehari sebelumnya atau pada hari terakhir di bulan puasa Ramadhan 1274 H.

Surat edaran resmi Residen Pasuruan dalam menyambut “Harie Aija Ramlan”

Demikianlah acara tradisi lebaran tempo doeloe di Pasuruan, yang melibatkan semua pejabat baik pribumi maupun Eropa di Pasuruan.

Postingan Terkait :

Tradisi Kuno “Senenan”