Dari Garam

Dari Sumenep dilaporkan, bahwa seorang eks kepala dinas pengepakan garam di Kalianget, meninggalkan pelabuhan Kalianget dengan s.s. Ardamassa pada hari Minggu pagi, tanggal 18 November 1928. Mengikuti tujuannya ke kota Probolinggo, di mana ia diangkat menjadi seorang “walikota”. Sehari sebelumnya, pada Sabtu malam, resepsi perpisahan dia bersama keluarganya diadakan di gedung pabrik garam di Kalianget.

Orang tersebut adalah “Ferdinand Edmond Meijer”, pria kelahiran Den Haag, 27 Agustus 1885. Dibawah kepemimpinannya selama kurang lebih 4 tahun di industri garam. Telah mengatur ulang perusahaan pengepakan garam tersebut dalam waktu singkat sedemikian rupa, sehingga memenuhi persyaratan yang lebih modern. Produksi harian meningkat dan berbagai tindakan ekonomis telah diterapkan. Kebutuhan akan supply garam yang terus meningkat, telah terpenuhi selama beberapa tahun kedepan. Pengganti F. E. Meijer adalah P. de Booy, yang sebelumnya menjabat wakil kepala produksi garam.

Pengangkatan F. E. Meijer sebagai Walikota Probolinggo, bersamaan dengan 12 walikota baru di kota lainnya. Yaitu : Mojokerto, Pasuruan, Madiun, Blitar, Pekalongan, Cirebon, Padang, Salatiga, Menado, Tegal, Magelang dan Kediri. Pengangkatan para Walikota baru ini, diumumkan oleh pemerintah Hindia Belanda, lewat kantor berita Aneta di Batavia, tanggal 30 Oktober 1928.

Sejak dibentuk gemeente raad atau dewan kota pada tahun 1918, baru di tahun 1928 inilah, kota Probolinggo memiliki Walikotanya sendiri. Sesuai dengan keputusan pemerintah untuk membentuk institusi Kantor Walikota di Probolinggo. Yaitu dalam Staatsblad No. 411 tahun 1928, yang dibuat di Buitenzorg (Bogor), tanggal 14 September 1928. Serta Staatsblad No. 500 tahun 1928, yang dibuat di Batavia, tanggal 1 November 1928. Sebagai penunjukan kota Probolinggo sebagai masyarakat yang mandiri, yaitu untuk mengelola anggarannya sendiri.

Pelantikan

Pelantikan walikota Probolinggo yang pertama ini berlangsung pada hari Selasa malam, 20 November 1928, pukul 7 di balaikota Probolinggo. Bendera tiga warna berkibar di halaman dan atap. Fasad dan galeri depan balai kota diterangi dengan indah dengan banyak lampu listrik. Minat yang hadir sangat besar. Semua anggota dewan kota hadir, semua undangan resmi dan banyak pimpinan dari pabrik gula.

Residen Probolinggo, Gerrit Scholten, memulai dengan sambutan hangat kepada calon walikota dan yang hadir. Setelah itu ia memberikan ringkasan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh kotamadya di bawah kepresidenannya. Seperti pembangunan pipa air kota, pengaspalan jalan-jalan, perbaikan kampung, dll. Anggaran telah meningkat dari f 120.000 pada tahun 1918, menjadi hampir mencapai f 450.000. Bukti yang meyakinkan bahwa dalam 10 tahun, kota Probolinggo telah melakukan lompatan besar.

Residen mengucapkan selamat tinggal sebagai ketua dewan kota. Dan ucapan terima kasih, kepada para anggota dewan kota dan para pejabat lainnya. Kemudian melantik dan mengucapkan selamat, serta menyerahkan palu kepemimpinan dewan kota kepada Walikota yang baru.

Pelantikan walikota Probolinggo untuk pertama kalinya ini, tanggal 20 November 1928. Bisa dijadikan salah satu alternatif penetapan “Hari Jadi” kota Probolinggo. Atau alternatif lain, sejak dibentuk gemeente raad atau dewan kota, sesuai dengan Staatsblad No. 322. Yang ditandatangani tanggal 20 Juni 1918, atau yang berlaku sejak 1 Juli 1918.

Lokasi gedung “balaikota Probolinggo” era kolonial, atau disebut “gemeentehuis”, menurut info pemerhati sejarah Probolinggo, bapak Edi Martono. Adalah gedung yang sekarang digunakan untuk kantor DPRD Kota Probolinggo, jalan Suroyo No. 27, Kota Probolinggo.

Postingan Terkait :

Sejarah Pendirian Rumah Sakit Kota Probolinggo

Berita Terkait :

Sejarah Panjang RSUD dr Moh Saleh Probolinggo